Karawang, PEKA - Banjir sudah merendam ribuan hektar sawah di Kecamatan Tempuran, Lemahabang Cilamaya Kulon dan Telagasari, sebagian diantaranya sudah ditanami benih padi dimasa persemaian, bahkan sudah ditanduri. Ancaman tanaman membusuk dan gagal tanam menghantui para petani di golongan hilir tersebut. Sementara digolongan hulu, panen juga dikeluhkan petani lantaran harganya anjlok drastis dibawah HPP.

Banjir Merendam Lahan Pertanian
"Bari disemai sudah banjir, ya pada mengambang, bahkan terancam membusuk, apakah ada penggantian cadangan benih?." Tanya Petani Pancakarya H Ayom Karyoman.

Petani di Desa Karangtanjung Kecamatan Lemahabang , Endang mengatakan, gabah sudah nampak kurang baik pertumbuhannya karena terpaksa mengikuti tanam serempak sejak oktober lalu. Selain hama wereng yang sulit terkendali berkali-kali diracuni penyemprotan pestisida, hujan deras yang mengguyur di bulan Februari ini menggagalkan produksi gabah yang berkualitas baik.

Pasalnya, sudah rusak diserang hama wereng, masuk masa panen diperparah guyuran hujan dan terendam, akibatnya sambung Endang, hasil yang tidak seberapa, hanya dihargai Rp 3,0 - 3,4 ribu perkilogramnya, bahkan dibawah HPP standar pemerintah diangka Rp 3,7 ribuaan perkilogramnya," Varietas apapaun sulit tahan wereng, disisi lain ini juga akibat tanam serentak yang digiring sejak Oktober, ya begini jadinya," Ungkapnya.

Endang menambahkan, kondisi sawah yang basah dan banjir, menyulitkan alat rontog masuk dan penadahnya, ini menimpa ke semua jenis varietas padi, dimana rendemen yang basah seperti saat ini sulit jika inginkan harga gabah stabil. Disisi lain, Bulog tidak mungkin menyerap gabah-gabah petani yang sudah terlanjur basah.

Sebab, dijual ke tengkulak murah saja, rata-rata petani harus menerima bayaran dengan sistem hutang, belum lagi saat gabah basah paska panen, jarang sekali openan atau mesin heler tersedia di pabik-pabrik penggilingan padi, karena yang ia tahu, mesin heler pemanas gabah hanya ada 3 di Lemahabang, sehingga saat gabah basah, petani hanya bisa pasrah gabahnya tidak laku dijual, atau bahkan laku sekalipun harganya sangat rendah." Bulog mana mungkin mau serap gabah basah, disisi lain mesin heler pemanas gabah juga jarang tersedia," Pungkasnya.

Senada dikatakan Kades Karangtanjung, Ade Kosasih, menurutnya di desanya sebagian sudah memasuki masa panen, namun kebanyakan harganya murah akibat basah dan serangan hama wereng sebelumnya, selain itu juga rata-rata pembayaran gabah pada petani ini dihutang." Produksinya sedikit, harganya juga murah kang," Ungkapnya.#sr-novi.