KARAWANG-PEKA-.PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggusur 77 bangunan yang berdiri di atas lahan milik PT KAI di Kampung Babakan Ngantay, Desa Gitungkerta, Kecamatan Klari, akhirnya dirobohkan pada Selasa, 9 Mei 2017.

Menurut mereka, para pemilik bangunan merasa tidak diberi cukup waktu untuk membongkar sendiri bangunan tersebut, sekalipun sudah ada pemberitahuan dan ada uang kerahiman sebelumnya.

"Sesuai surat yang kami terima, kami diberi waktu empat hari untuk membongkar sendiri bangunan ini. Namun baru dua hari, ternyata sudah datang alat berat. Alat berat ini langsung digunakan merobohkan bangunan kami," ujar salah seorang korban penggusuran, Mustopan (70).

Menurut dia, warga sebenarnya tidak mempersoalkan penggusuran karena mereka memang menempati lahan milik orang. Hanya saja, perintah pembongkaran dinilai terlalu cepat. Sehingga warga tidak bisa menyelamatkan barang-barangnya dalam waktu yang sangat singkat.

Bahkan, bebeerapa warga merasa bingung harus pindah ke mana, setelah rumahnya rata dengan tanah. "Nggak tahu saya harus tinggal di mana," kata Mustopan.

Mustopan sudah menempati lahan milik PT KAI tersebut sejak 22 tahun lalu. Selama itu pula, warga tidak pernah ditegur atau dilarang tinggal di lokasi tersebut.

Meski begitu, Mustopan pun mengakui telah menerima uang kerahiman dari PT KAI sebesar Rp 17 juta. Menurutnya, semua warga yang digusur bangunannya mendapat dana kompensasi. Dana kompensasi itu sebesar Rp 250 ribu per meterpersegi untuk bangunan permanen dan Rp 200 ribu bagi rumah semi permanen.

Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Suprapto, membenarkan pihaknya memang telah membongkar bangunan liar di sekitar stasiun Klari. "Lahan tersebut akan dipakai untuk bongkar muat kereta barang," katanya.

Menurut Suprapto, lahan yang ditempati warga selama ini tanpa proses sewa.  Luas lahan itu mencapai 5.540 meter persegi. Karena lahan itu akan digunakan sebagai lokasi angkutan barang, PT KAI terpaksa membongkar bangunan yang ada di atasnya.

Suprapto membantah jika pelaksanaan pembongkaran dilakukan secara mendadak. Dia klaim pihaknya sudah melakukan sosialisasi sejak lama. "Kami telah melakukan soosialisasi dan koordinasi kewilayahan sejak Februari lalu. Lagi pula, warga yang rumahnya dibongkar telah menerima uang kerohiman," pungkasnya.(oca).