Karawang-. Anyaman bambu bukan saja sekedar untuk memproduksi " bilik " dinding rumah, tetapi bisa bernilai ekonomis tinggi jika hasil anyaman tersebut berwujud lampion, tempat tisue, penutup makanan, hingga tempat sampah menarik. Hal itulah yang menjadi daya tarik Pemprov Jawa Barat menobatkan anyaman bambu home industri di Dusun Telar RT 03/07 Desa Waringinkarya sebagai produk UKM unggulan terbaik 3.

Rudi Supriyatna, Ketua Asosiasi Industri Kecil dan Aneka (Aika) Karawang mengatakan, kerajinan bernilai seni itu dihargai mahal oleh masyarakat luar Karawang. Sebagai desa satu-satunya yang menjadi sentra anyaman bambu di Karawang, para perajinnya bangga karena hasil produksinya diakui keunggulannya, bahkan menembus pangsa pasar hingga Surabaya, Bandung, Jakarta, Makasar, Bali dan Batam. Diolah perajin dari 3 kelompok, Desa Waringinkarya bukan saja produsen bilik bambu terbanyak di Karawang, tetapi juga anyaman bambunya yang masuk ke restauran-restauran modern dan tradisional, betapapun keluh Rudi, minat para perajin mudanya saat ini semakin menyusut akibat industrialisasi yang merubah pola pikir finansialnya." Kita bangga dinobatkan sebagai unggulan UKM terbaik 3 di Jabar, meskipun perajin anyaman jumlahnya semakin menyusut," katanya.

Pemerintah Daerah sambung Rudi, memang sudah memberi akses, namun itu sebatas pemberdayaan dan pembinaan saja bagi industri rumahan ini. Karena, perajin yang hasilkan produk yang berciri motif khas dengan hak cipta dinamai " Balebat " setahun lalu ini, sampai sekarang masih kekurangan modal dan sulit mengakses pasar lebih banyak, sebab produk ini hanya bisa dipasarkan kalau ada even dan pameran-pameran khusus. " Pemkab ya baru bisa pemberdayaan saja, namun modal dan pangsa pasar kita masih jauh," Ujarnya.

Dalam sehari, sambungnya butuh waktu 2 jam memproduksi 1 anyaman, paling-paling hanya 10 picis sehari bisa diselesaikan. Bahan baku seperti bambu yang utama saja, sebutnya, semakin langka, bahkan mendatangkannya dari luar desa, sebab, bambu untuk anyaman kerajinan ini memerlukan yang khusus kualitasnya. Karena, motif-motif dan pengecatannya yang agak berbeda dengan hasil produksi dari Tasikmalaya. Meski demikian, kerajinan Bambu di Waringinkarya ini sering menjadi penelitian para Mahasiswa dan pendataan UKM lainnya, bahkan dalam waktu dekat pula sebut Rudi, pihaknya akan kedatangan 100 Mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Karawang (IMAKA) bersama masyarakat untuk berlatih pembuatan produksi anyaman ini. " Butuh waktu 2 jam yang sudah lancar, kalau yang belajar sampai bisa dan punya dasar, 2 mingguan sudah lancar. Kita senang bisa berbagi ilmu," Pungkasnya.

Penulis: Ruri
Editor ; Farida