Bandung.- Ribuan warga Jawa Barat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Selamatkan Al-Aqsha (Amsa) menggelar aksi damai di depan Gedung Sate Bandung, Jumat, terkait situasi terkait di Mesjid Al Aqsa, yakni pembatasan akses umat Islam ke kompleks Masjid Al Aqsa oleh Israel.
Hasil gambar untuk masjid al aqsa
"Aksi ini bentuk perlawanan dan keprihatinan kami terhadap saudara kami di Palestina. Kami ingin menegaskan bahwa saudara kami di Palestina tidak sendiri," kata Juru Bicara Amsa, Gaos Abdul Hamid, di Bandung, Jumat.

Menurut dia, aksi damai ini aksi serentak umat muslim di seluruh dunia, "Jumat Kemarahan Umat Muslim Dunia", atas tindakan Israel yang kembali menduduki Al Aqsa dan melarang umat muslim untuk beribadah di kiblat pertama umat muslim tersebut.


"Ini adalah aksi 'Jumat Kemarahan Umat Muslim' karena sejak 60 tahun silam baru kali ini Mesjid Al-Aqsa ditutup kembali oleh Israel," kata dia.

"Selain itu melalui aksi ini kami juga mendesak lembaga-lembaga internasional PBB untuk menindak tegas isi HAM ini dan menyeret pemerintah Zionis untuk diadili sebagai penjahat HAM berat," kata dia.

Sebelumnya kepolisian Israel menyatakan mereka melarang pria berusia di bawah 50 tahun memasuki Kota Tua Yerusalem untuk menunaikan salat Jumat di Masjid al-Aqsa di tengah memanasnya ketegangan terkait pengetatan pengamanan di kompleks Haram al-Syarif.

"Izin masuk ke Kota Tua dan Temple Mount (Haram al-Syarif) akan dibatasi bagi pria berusia 50 tahun ke atas. Perempuan semua usia akan diizinkan masuk," demikian pernyataan kepolisian Israel yang dikutip kantor berita AFP. 

Ketegangan meningkat setelah kepolisian Israel memasang detektor logam di pintu masuk Haram al-Syarif, yang dikenal dengan nama Temple Mount oleh orang Yahudi, menyusul penyerangan yang menewaskan dua polisi di dekat tempat itu. 

Tindakan itu membuat berang warga Palestina dan umat Islam yang menganggapnya sebagai upaya Israel untuk memperbesar kendali atas Haram al-Syarif. 

Warga Palestina menolak masuk ke kompleks tersebut jika harus melewati detektor logam, dan ratusan jemaah menunaikan salat di luar, dan bentrokan dengan aparat kepolisian Israel kadang terjadi.

Ibadah Shalat Jumat selalu diikuti jamaah dalam jumlah besar dan spekulasi beredar bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin memerintahkan pelepasan detektor logam itu sebelum shalat Jumat.

Namun setelah konsultasi-konsultasi dengan kepala keamanan dan anggota kabinet keamanan, Netanyahu memutuskan tidak melepasnya.

Seorang pejabat Israel mengatakan kabinet keamanan "sudah memberi kepolisian otoritas untuk mengambil keputusan apa pun guna menjamin akses bebas ke tempat suci sekaligus menjaga keamanan dan ketertiban umum.".

Sumber :Antara