Bogor- PEKA-.Negara maritim merupakan salah satu julukan untuk negara Indonesia disamping negara megabiodiversitas, kepulauan, maupun paru-paru dunia. 

Tidaklah mengejutkan bila julukan tersebut melekat pada negara yang memiliki luas perairan hampir 70% dari luas daratannya. Secara rinci menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 luas laut di Indonesia ini mencapai 3.544.743,9 km2 dan luas daratannya sendiri sebesar 1.910.931,32 km2 yang merupakan 64,97% dari total wilayah Indonesia. 

Menyadari akan besarnya potensial perikanan di Indonesia, pemerintah bertekad dalam pembangunan industri perikanan. Bahkan menurut Mentri Perindustrian, industri pangan berbasis perikanan masuk kedalam sektor prioritas berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Perikanan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035.

Sekelompok mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Tri Setya Prabowo, Yunika Andina, Rama Ramzhani, Yanuardhi Prabu Wicaksono, dan Akbar Ridho Yosanto dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian 2017 (PKM-P) membuat sebuah penelitian mengenai teknologi biofiltrasi yang memanfaatkan limbah kulit jagung untuk budidaya kepiting bakau (Scylla serrata).

Penelitian ini menggunakan teknologi biofiltrasi berupa resirkulasi. Resirkulasi sendiri merupakan salah satu cara untuk menjaga kualitas air dengan memberikan alat penyaring di luar wadah pemeliharaan kepiting bakau. Para mahasiswa tersebut membuat sistem resirkulasi dengan menyelipkan kulit jagung yang telah dikeringkan dalam alat penyaring mereka dimana digunakan pula bahan lain seperti kapas filter, pasir malang dan batu zeolith.

Pembuatan wadah resirkulasi dibuat guna memelihara air media pemeliharaan dalam kualitas optimum dan mengurangi sisa feses dan pakan dalam wadah pemeliharaan kepiting. Selama proses pemeliharaan, kepiting bakau diberikan pakan berupa ikan rucah (ikan selar) yang diperoleh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. Pakan ikan selar diberikan setiap hari sebanyak empat kali sejumlah 10% dari biomassa.

“Kami memilih limbah jagung sebagai bahan penyaring karena limbah kulit jagung cukup banyak di pasaran dan sebagian besar akan dibuang saja. Selain itu juga kami melihat potensi kulit jagung yang besar. Tahun 2015 saja Indonesia dapat menghasilkan 19.611.704 ton jagung menurut BPS. 

Selain itu pula komposisi kulit jagung terdiri atas 15% lignin; 5,09 abu; 4,57 alkohol-sikloheksana; dan 44,08% selulosa. Kulit jagung yang berserat tinggi sangat berpotensi untuk dijadikan media penyaringan air, seperti halnya limbah pertanian lainnya yaitu sekam padi dan ampas tebu” ujar Tri Setya Prabowo, Ketua Kelompok.

Sekelompok mahasiswa FPIK IPB ini berharap bahwa penelitian ini selain dapat meningkatkan kualitas budidaya kepiting bakau dengan alternatif limbah kulit jagung sebagai media penyaring, dapat juga meningkatkan nilai ekonomis kulit jagung. Sehingga kedepannya kulit jagung dapat dilirik oleh industri perikanan dan tidak hanya berakhir di tempat pembuangan saja. (GG/Zul/Antara).