Karawang-.Karyadi Yores (40) adalah dari sejumlah pelaku seni Calung di Kabupaten Karawang,yang selama ini tetap eksis di pentas tarik suara sundaan Priangan walau pun seribu cerita pahit dialaminya.(18/7).
Pria berambut panjang dan sering disebut-sebut publik Karawang tiru gaya Darso karena tampilan dan suaranya hampir sama,Yores saat singgah di Redaksi Pelita Karawang meluruskanya.

"Saya sama sekali tak pernah berniat meniru suara atau gayanya almarhum Kang Darso.Kemiripan suara itu biasa dan kalau untuk tampilan pakaian memang sejak kecil sudah begini",sanggah Yores.

Namun dia mengakui ditahun 2001 silam pernah tertarik melihat gaya dan suaranya Darso serta lewat lagu Tanjak Burangrang ,lewat lagu itu pula awal dirinya belajar bernyanyi,aku pria beranak tiga ini.

Yores menceritakannya,lagu Karawang yang dirinya ciptakan tak disangka disukai publik Karawang bahkan sampai di tataran tanah Pasundan.Karya tanpa fokus itu hasilnya diluar didugaan.Alhamdulliah sebagai warga Karawang sangat bangga karena bisa nenanamkan nama Karawang lewat lagu,tuturnya.

Namun sebutnya,selama ini dari pihak Pemkab Karawang belum pernah tegur -sapa berkaiatan ide atau gagasan hingga terkaryakan lagu Karawang.

Kemudian jelasnya,seperak pun saya belum pernah  terima uang sebagai bentuk pengakuan atau penghargaan dari pemkab dan memang tak mau berharap sesuatu tanpa jelas asal-usulnya.Utama,tandasnya, saya sangat meyesalkan belum pernah dilibatkan dikegiatan resmi Pemkab,aku Yores,padahal jika saja Pemkab mau memgundang resmi misal di HUT Karawang, saya diperintahkan bernyanyi 100 x lagu Karawang tanpa dibayarpun sangat siap,tegasnya.

Pria lulusan SMK ini juga kerap mengenakan kaos hitam bertuliskan J Love Karawang,saat ditanya mengapa seperti itu,penyanyi yang pernah mengalami jualan mie ayam dan cilok pun menjawab singat.Itu bukti saya sangat mencintai Karawang,ucapnya.

Masih ucap Yores,banyak yang diharapkan dari kami pelaku seni kepada Pemkab Karawang."karena kami bukan sendal jepit,dipakai tapi saat sudah masuk rumah (dinikmati) dilupakannya".

Kami semua bisa bertahan hidup sebagai pelaku seni,hanya satu modalnya yakni akibat jiwa seni yang ada sudah menyatu dengan badan ini,pungkasnya.

Penulis :Lili Hambali
Editor : Farida