KARAWANG-Kebijakan pemerintah untuk membentuk karakter siswa dengan Full Day School (FDS) dinilai keliru oleh Nahdatul Ulama (NU). Khususnya di Karawang, Bupati juga diminta tidak mengindahan kebijakan yang sedang diuji coba-kan di sekolah negeri Karawang tersebut.

Ketua PCNU Karawang, KH. Ahmad Ruhyat Hasby mengatakan, berdasarkan surat edaran PWNU Jawa Barat, dari awal pihaknya sudah menolak dengan keras adanya kebijakan FDS. Alasannya, FDS dikhwatirkan akan mematikan DTA yang ada di seluruh nusantara yang mayoritas dikelola oleh kaum Nahdiyin.

Kedua, sambung Kang Uyan, perangkat sarana dan pra sarana yang belum lengkap disediakan pemerintah terkait kebijakan FDS tersebut. Salah satu contoh adalah perangkat Sumber Daya Manusia (SDM) untuk proses belajar mengajar pembentukan karakter siswa di luar jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).

“Ketiga, kalau alasan pemerintah dengan FDS ini adalah pembentukan karakter siswa, justru ini kontrakdiksi dengan kondisi di lapangan. Sekarang kalau FDS diberlakukan, libur siswa justru malah menjadi dua hari, yaitu sabtu dan minggu,” tutur Kang Kang Uyan, Kamis (3/8).

Terlebih ditegaskan Kang Uyan, sampai hari ini tidak ada sekolah negeri yang berani menjamin jika kebijakan FDS dapat merubah karakter jati diri siswa menjadi lebih baik. “Saya meragukan sekali keberhasilan atau kesiapan dari sekolah negeri, kalau penambahan jam belajar dan kegiatan ekstrakurikuler bisa merubah karakter siswa,” katanya.

Kalaupun alasan kebijakan FDS untuk pembentukan karater siswa, masih dikatakan Kang Uyan, sebenarnya dari awal NU sudah memberikan saran agar adanya penambahan jam pelajaran agama yang selama ini hanya diterapkan selama dua jam dalam seminggu di sekolah.

“Belum gurunya tidak masuk alasan rapat dan lain-lain. Ini sangat bertolak belakang dengan programnya pemerintah Jokowi tentang pembentukan karakter melalui pendidikan. Bayangkan saja jika kondisi saat ini pendidikan agama di sekolah negeri hanya sekedar menjadi pelajaran tambahan, bukan menjadi mata pelajaran yang di UN-kan. Kalah dengan matematika dan bahasa inggris,” timpalnya.

Dijelaskan Kang Uyan, kondisi saat ini mata pelajaran bahasa inggris saja 4 sampai 6 jam di sekolah dalam seminggu. Sementara pelajaran agama hanya dua jam saja. Terlebih menurutnya, itupun hanya sekedar menjadi mata pelajaran tambahan. “Seharusnya alasan pendidikan karakter ini bukan dengan kebijakan FDS. Melainkan adanya penambahan mata pelajaran pendidikan agama di sekolah,” tegasnya.

Menurut Kang Uyan, jika bangsa ini ingin menerapkan pendidikan karakter kepada anak bangsa sejak dini, seharusnya mata pelajaran agama di sekolah tidak hanya sekedar menjadi mata pelajaran tambahan. Melainkan menjadi mata pelajaran utama yang di UN-kan.

“Kalau ingin membangun karakter generasi penerus bangsa bukan hanya dijejali dengan ilmu pengetahuan umum. Tetapi juga pendidikan moral dan nilai agama di sekolah. PCNU menolak FDS yang sekarang sedang diuji cobakan oleh Dinas Pendidikan Karawang. Maka kami juga meminta kepada Bupati untuk ikut menolak atau tidak mengindahkan peraturan menteri tersebut,” pungkasnya.

Penulis:Oca
Editor : Farida