Karawang,- Tenaga manusia di sektor pertanian mulai menyusut, sebagai gantinya ,muncul sejumlah produk alat mesin pertanian ( Alsintan) seperti alat rontog padi/Power Tresser, Alat tanam padi/ Transplanter, mesin memarit sekakigus merontoh padi/ kombain hingga alat semprot missblower. Namun, kecanggihan alat tersebut dianggap belum seimbang dengan kmpetensi ahli teknisinya.(9/8).

Petani asam Desa Cilamaya, Aep mengatakan, petani dan kelompoknya memang sudah menyadari penyusutan buruh tani, sehingga wajar jika banyak pengusaha teknologi mulai gencar mempromosikan alsintan baru- baru ini. Namun, bantuan yang ada saja sebut Aep, seperti Traktor, Transplanter dan Kombain jarang teknisi yang menguasau untuk mengoperasikannya.Sehingga, bantuan teknologi terkesan mubadzir jika tidak banyak di gunakan, ini sebut Aep berdampak pada ongkos uang dikeluarkan, dimana sewa alat masih lebih mahal ketimbang manual dengan buruh tani ." bantuan yang datang ke kelompok juga tak di imbangi teknisi yang bisa mengoperasikannya, akibatnya ya mahal - mahal juga," sebutnya.

Pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ( HKTI ) Karawang, Fradifta Akbar mengakui, bahwa sejumlah alsintan mulai menggiurkan dimiliki petani, baik lokam maupun impor. Saat demo alsintan, sejumlah alat diprediksi bisa menggantikan tangan - tangan buruh tani, naun harus siap merogoh kocek dalam- dalam,sebab biaya sewanya bisa lebih mahal dari yang dibayangkan, itu akibat sulitnya keahlian teknisj atau operator alsintan itu sendiri." Alsintan Mulai menggiurkan, tapi masa sekarang inj masih sulit teknisinya," ujarnya.

Lebih jauh ia menambahkan, mengantisipasi itu, pemerintah diharapkan bisa latih para buruh tani menguasai teknologi, minimal mengoperasikan alat- alat pertanian, sehingga efeknya, bukan saja menhkonversikan buruh tani lebih modern, tetapi juga mempercepat target pertanian dari pemerintah. Betapapun kelompok tani inj diberi segudang alat, namun menjalankannya saja tidak bisa, bagaimana bisa alsintan ini jadi alternatif memenuhi tatget pemerintah." didik dan layih buruh taninya, sehingga teknologi itu bisa dikuasaj tanpa melepas profesinya sebagai petani," pungkasya.

Editor: Farida