Karawang-.Kekeringan yang melanda Karawang Selatan, mendapat respon mahasiswa Universiatas Singaperbangsa (Unsika) Karawang, yang mengatas namakan Forum Mahasiswa Independent (FMI). Rabu, 27 September 2017. Reza Arif, inisiator FMI, melakukan survey lokasi ke Desa Kutalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Karawang.


Reza menuturkan, kekeringan yang terjadi di Karawang Selatan, memang cukup parah. Walaupun hari ini, seharian telah turun hujan di seluruh wilayah Karawang, namun ketersediaan air bersih belum bisa mengcover kebutuhan masyarakat. Pasalnya, air curahan hujan yang mengisi sungai cibeet, masih keruh dan belum bisa dimanfaatkan oleh warga setempat. Sekalipun masyarakat memiliki mesin penyedot air dan penyaringan air, yang bersumber dari bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar. Tapi mesin tersebut sedang dalam keadaan rusak, sehingga tidak dapat di manfaatkan oleh warga Kutalanggeng.

Berdasarkan keterangan warga setempat, Reza menuturkan. Kekeringan seperti ini merupakan hal klasik dan terjadi setiap Tahunnya, dan dari hasil wawancara dengan masyarakat. Kondisi kekeringan semakin parah, setelah beroperasinya PT. Atlasindo Utama, karena daerah serapan air semakin berkurang, setelah adanya penambangan gunung Sirnalanggeng, dan masyarakat sekarang ini hanya mengandalkan air sungai untuk di olah menjadi air bersih. Kalau kondisi sungai kering, masyarakat kesulitan mendapatkan air untuk di olah untuk menjadi air bersih, sebagai kebutuhan sehari - hari.

Menyikapi kondisi seperti ini, FMI akan segera membuat surat permohonan bantuan air bersih kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtatarum Karawang. Selain itu, FMI juga akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang. Kalau misalkan, ada mesin penyedot air, kita ajukan permohonan bantuan mesin/pompa penyedot air. Kalaupun tidak ada, kita coba carikan solusi, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang untuk memperbaiki mesin yang sudah ada. Reza menambahkan, kegiatan kami merupakan bentuk kepedulian dan kontribusi terhadap masayarakat, karena pada prinsipnya, kami sebagai mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Unsika, yang berlabel sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN), tidak mesti sepenuhnya harus berada di kelas, karena aplikasi dari ilmu yang kami dapatkan di kelas, harus terimplementasikan kepada masyarakat secara langsung.