Karawang.-.Pasca beredarnya kabar H Ajang Supandi resmi menjadi Ketua DPC Partai Gerindra Karawang menggantikan Royke Benta Sahetapi,dan mantan Ketua DPC tersebut dipindahkan tugasnya sebagai Ketua Penasehat DPC Gerindra setempat,Rahmat Tarhadi yang semula telah terawang bakal terjadinya pelengseran ketua parpol jelang Pilgub Jabar 2018,ia menyebutnya itu baru tahap awal saja,pasalnya,menurutnya bakal ada lagi percikan kecil menyusul telah dikeluarkannya SK DPP partai Gerindra kepada ketua baru di Karawang,bisa saja percikan dari dalam partai ataupun langkah partai Gerindra diikuti oleh parpol lainnya.(7/10).

Percikan kecil ketidakpuasan pasti ada bab partai Gerindra itu sifatnya komando dalam penugasan partainya alias juksung(tunjuk lansung,red),dan dikatakan Rahmat percikan kecil bila pun ada tak akan berpengaruh kuat kepada pengurus baru karena ada penguat berupa SK DPP resmi,namun dikhawatirkan bakal ada percikan lain diluar partai dengan konteks berbeda versinya.

Kemudian ucapnya,bukan hanya partai Gerindra yang melakukan mereposisi kepengurusan partainya tetapi bisa parpol lain mengikutinya karena letupan-letupan sudah ada misal di tingkat Jabar hal pergantian Ketua DPD Hanura Jabar yang kini di pegang Aceng Fikri. Di sisi lain sudah menjadi biasa bilamana dalam partai ada pengurus baru atau terpilih akan mengadakan pula reposisi atau reproduksi kadernya.Namun semua itu baru sebatas prediksi saja tak selamanya tepat,ucap Rahmat.

Tetapi bila diikuti perjalanan seorang Aceng Fikri yang saat ini mengikut kontes bursa calon Gubernur Jabar malah sudah rame disimulasikan berpasangan dengan Dedi Mulyadi,maka tidak menutup kemungkinan ketua baru itu melakukan penyegaran pengurus di level kabupaten karena langkah perombakan struktural partai bisa menjadi modal utama membentuk barisan anyar oleh Aceng Fikri,ucap lain dari Rahmat.

Dia menambahkan, reposisi dan reproduksi selain bentuk penyegaran dalam struktural,lembaga atau partai diharapkan pula mendapatkan kader partai yang lebih loyal,militan,bisa meningkatan eksetablitas ataupun mendulang suara di pesta demokrasi mendatang bukan hanya terfokus di Pilgub Jabar 2018.

Jika partai Gerindra berani tempuh repososi di Karawang dan dapat didugakan partai -partai lain pun akan menjalankan hal serupa dengan tanpa disangka sebelumnya,dan peristiwa pelengeseran serupa bukan hanya bisa terjadi di Karawang saja bisa diluar daerah.

Sebelumnya Rahmat sebutkan perpolitikan ditanah Sunda jelang Pilgub Jabar 2018 dipredikisikan bukan saja bakal seru pada waktunya,namun diterawang pun akan terjadi kudeta di kepengurusan pada sejumlah partai politik dalam perjalananya,(3/10/2017).

"Berebutan tokoh penting dan populer (pamor positip,red) diluar partai atau memajukan kader partai yang memiliki nilai lebih dibanding pengurus lama (copot jabatan,red) diinternal akan menjadi pilihan oleh sejumlah pengurus DPP atau DPD /DPC kepada kadernya.Langkah-langkah ekstrim ini bisa ditempuh oleh pimpinan partai politik demi meningkatan ekstabilitas dan bisa mendulang suara sebanyak-banyaknya di Pilkada,Pilgub ataupun Pilpres.Namanya sudah memasuki tahun politik yang tak mungkin bisa menjadi mungkin saja dilakukan."Demikian disampaikan Rahmat Hartadi,warga Karawang Kota,di Karawang.Ia mencontohkan,masih alotnya sikap dari sejumlah parpol dalam tentukan  jagoan Pilgub di Jawa Barat adalah tanda-tanda yang serius.Karena bisa saja kondisi yang ada dimaknai lain oleh pihak DPP parpol masing-masing kepada kadernya sendiri.

Bukan saja karena pamor kurang atau tidak bisa membesarkan partai menjadi rujukan diduga bakal bisa copot jabatan kader sendiri oleh pimpian partai dibelbagai tingkatan, melainkan sikap dan ucap (norma & etika),yang berlebih dari pengurus Kader kepada pimpinan dari tingkat Kabupaten sampai pusat bakal memicu pula persitiwa pencopotan jabatan/kedudukan dipartai sebagai hukuman,tambah Rakhmat.

Karena sangat diyakini daerah Jawa Barat adalah barometer nasional dalam peraihan suara parpol maka langkah-langkah "gila" pun bisa saja dilakukan oleh DPP demi merebut kantong suara.Pasti pihak DPP pun menyadari regenerasi kader partai cukup sulit maka jalan terbaik dan cepat adalah dengan mencari tokoh populer lalu mengajak gabung selain parpol bisa melakukan langkah tegas kepada kader-kader yang anggap lamban berprestasi dan digantikan oleh kader yang lebih menjanjikan.Lalu adanya terawangan bakal ada pengurus parpol lengser dari kedudukannya selain kurang berprestasi bisa pula didasari oleh minimnya loyalitas,komunikasi,tak respec,sang  kader dianggap bermasalah,tak produktif ataupun hal yang sifatnya tak terduga dan mendadak mengemuka,beber Rahmat.

Saya rasa gusur-mengusur kepengurusan dalam kedudukan diinternal "parpol" di Jawa Barat tak bisa dihindari jelang Pilgub mendatang.Karena kudeta politik sendiri seakan makin terbuka manakala sikap sejumlah parpol sangat lambat untuk menentukan jagoannya ditambah indikator lain yang berwujud faktual,vertikal dan herizontal sangat mendorong sekali proses dimulai,pungkas orang lulusan sarjana politik di Jakarta ini.
Redaksi.