Karawang. - Menjadi Pegawai Desa yang di honor rapel tidak setiap bulan, tentu saja membuat bingung mencari talangan uang dapur. Kondisi ini, dimanfaatkan istri para pegawai desa setingkat Linmas, RT hingga Kepala Dusun, untuk memanfaatkan pinjaman dari bank emok dengan mudah, bahkan situasi ini menjalar lebih banyak membelit keluarga para pegawai desa di Kecamatan Lemahabang.

Gambar Ilustrasi
"Bingung cari pinjaman karena honor kan belum cair- cair, tahu- tahu istri dapat uang ternyata dari bank emok. Eh honor belum cair juga, sudah harus ditagih setorannya," Ujar salah seorang Kadus di Kecamatan Lemahabang yang meminta di rahasiakan namanya.

Kepala Desa Karangtanjung, Ade Kosasih mengatakan, di Desanya saja, sedikitnya ada 4 jenis bank emok berkedok koperasi. Parahnya, nunggak di satu Bank emok, pinjam lagi di bank emok lainnya, itu sebut Ade, bukan saja menimpa masyarakatnya saja, tapi juga pada para keluarga perangkat pemerintahan desa. Padahal, tidak ada usaha atau dagang, tapi pinjaman jalan terus terus meskipun pada akhirnya ia sering ditanyai soal pencairan honor yang konon untuk bayar setoran. Yang sukses, bisa saja berbuah pada CSR ke lingkungan sekitar,  sementara yang nunggak, ia risih dengan sistemnya yang cenderung mengadu domba antar masyarakat sendiri. Karenanya, selain sulit di deteksi keberadaannya, bank emok yang masuk juga tapa sepengetahuan pemerintah desa." Di saya ada 4 jenis bank emok berkedok koperasi masuk, bahkan tak jarang, pegawai desa juga jadi sasaran pinjaman, " Ungkapnya.

Ketua Ikatan Kepala Desa (IKD) Lemahabang, Solehudin mengatakan, pegawai desa ada saja yang meminjami uang ke bank emok, dengan alasan honor dari Desa pencairannya tidak bisa di waktu- waktu. Bahkan, saking geramnya, ia pernah di demo warga kelompok bank emok ke kantor desa gara- gara ada warganya yang disatu kelompok itu bercerai dan menagih pada suaminya, enggan bayar akhirnya satu kelompok itu demo dirinya agar Kades turun tangan menindak si suami yang bercerai itu sudi membayar setoranya. Disisi lain, ia pertanyakan, apa urusannya dengan Kades sampai hati di bawa- bawa. ?" Heran saya mah, yang nunggak siapa, demonya ke kantor desa nyuruh saya menindak penunggak setoran, ini mah kan jadi adu domba," Ungkapnya.

Lebih jauh ia menambahkan, sistem yang mengadu domba anyar warga sementara pihak bank hanya berdiam diri sangat disayangkannya. Tapi itulah jeratan sistem, dirinya sulit mengendalikan penertiban bank emok yang ada, karena pada dasarnya koperasi itu bagus dan bisa jadi alternatif pinjaman, itu kalau disertai usaha yang jelas. Kalau tidak sebut Soleh,  bisa berabe ujungnya." Susah juga menertibkannya sih, karena sistemnya begitu mungkin," Pungkasnya.

Penulis :Ruri
Editor : AS