BOGOR-.Provinsi Jawa Barat dinilai masih menjadi kontributor terbesar dalam pencapaian swasembada pangan nasional dan penyedia stok beras nasional.

"Kami bercita-cita tahun 2045 Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dan saya yakin saat ini Jawa Barat adalah kontributor terbesar untuk pencapaian swasembada pangan kita," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, saat Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-37 tingkat Jabar di area Stadion Pakansari Cibinong Bogor, Kamis, yang dikutip dari siaran pers Biro Humas dan Protokol Setda Jawa Barat, Kamis.

Agung mengatakan Jabar adalah penyangga pangan terbesar untuk DKI Jakarta dan sekitar 25-30 persen protein hewani nasional juga dihasilkan dari Jabar dan menyumbang 40 persen komoditas holtikultura nasional.

"Dan yang tidak kalah pentingnya Jabar adalah penyumbang beras nasional terbesar, tidak hanya itu tapi juga stok pangan nasional dalam hal ini beras. Apresiasi dari kami bagi pemerintah daerah dan para pelaku pertanian di Jabar," kata dia.

Ia pun bangga para pelaku pertanian saat ini didominasi oleh generasi muda.

"Kita melihat begitu banyak generasi muda yang telah menghasilkan produk-produk pangan berkualitas yang dipamerkan disini, ini sangat membanggakan," katanya.

Menurutnya, peringatan HPS ke-37 tingkat Jabar ini harus menitik beratkan bahwa pembangunan pedesaan dapat dijadikan salah satu upaya memberdayakan generasi muda dengan berbagai usaha produktif dibidang pertanian secara modern dan inovatif sehingga terwujud Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) yang secara langsung membuka peringatan HPS ke-37 tingkat Jabar ini mengatakan, peringatan tersebut bukan hanya semata-mata bersifat seremoni, tetapi lebih kepada membangkitkan semangat dan komitmen untuk terus membangun ketahanan pangan."Tidak hanya ketahanan pangan tapi juga kedaulatan karena pangan yang dihasilkan harus berasal dari kita sendiri," katanya.

Potensi pangan terbesar khususnya pangan pokok yaitu beras berada di kawasan Jabar bagian utara dan di sana terkumpul sebanyak 80 persen sawah basah dan sisanya di kawasan tengah dan selatan Jabar."Jadi dalam konteks ketahanan pangan berbasis pokok pangan itu sebagian besar di utara," kata Aher.

Sedangkan di kawasan tengah dan selatan Jabar merupakan basis pangan sayuran atau holtikultura dan buah-buahan serta peternakan.

"Ini sangat bagus ya karena tiap daerah punya kekhasan masing-masing dan kedepan kekhasan tersebut harus diperkuat yaitu one region one product, jadi setiap kabupaten/ kota ada produk unggulannya tersendiri," katanya.

Dari sisi kesuburan tanah, Jabar sangat memungkinkan sampai kepada kedaulatan pangan. 

Aher mengatakan, meskipun di sebagian daerah terdapat peralihan fungsi lahan ke industri dan perumahan tapi dengan mengintensifkan teknologi pertanian hal tersebut justru bisa melipat gandakan hasil pangan.

Menurutnya, bangsa yang akan hebat adalah bangsa yang mampu mengelola urusan pertanian.

"Suatu saat manusia akan bosan dengan komputer, otomotif, penerbangan dan lainnya karena sehebat apapun perkembangan ekonomi, teknologi tanpa pangan tidak akan maju," tuturnya.

Aher mencontohkan,negara-negara di Eropa seperti Jerman, Finlandia, Skandinavia, Norwegia dan Swedia tidak memiliki cita-cita jadi negara super power dalam persenjataan tapi bercita-cita jadi negara super power dalam pangan.

"Dan negara yang paling memungkinkan jadi negara super power pangan adalah Indonesia. Tanah kita subur, karena itu mari kita hadirkan pertanian yang bukan semata-mata sebagai mata pencaharian tapi pertanian menjadi sebuah culture," ujar Aher.