Karawang-.Maju dan tidaknya Ketua DPD I PG Jabar akan tetap menuntun pemilih warga Golkar Karawang terpecah terlebih tidak diusungnya Dedi Mulyadi,ucap Permana,tanggapi kejadian yang bergejolak di tubuh partai berlambang Beringin.(4/11/2017).

Dedi Mulyadi boleh fatsun kepada partainya dan Indrus Mahram boleh bangga bila Ketua DPD Jabar patuh kepada keputusan DPP,lalu siapa yang menjamin simpatisan dan pendukung Dedi menggubris keputusan partainya.Ini sebuah kenyataan yang dilematis bagi bagi warga Golkar Karawang dan berat bagi Golkar,beber Pengamat Sosial dan Politik tersebut.

Saya berani ungkapkan bukan hanya sebatas analisa belaka melainkan fakta dan data  selain disokong oleh kondisi akar rumput yang sudah kadung simpati dan berempati (,harga matai,red) ke Dedi Mulyadi,ungkapnya.

Menurut satu catatan sejarah Pilkada Karawang pada 2010 silam.Ada dua pasangan Paslon asal Golkar terbukti keduanya masih menduduki pada posisi 2 dan 3 karena pertama menang pasangan Asli yakni Ade Swara dan Cellica.Tapi angka posisi 2 dan 3 bila disatukan kalahlah jumlah pemilih pemenang Pilkada 2010 lalu.Tak hanya itu,sambung Permana."Banyak daerah kecamatan di KaraWang pencapaian angka pemilih Golkar 100 pada pemilu- pemilu sebelumnya dan pernah Golkar berjaya pula di tahun 2015 silam.Artinya,suara Golkar kuat dan sulit dibendung bila terjadi dualisme Paslon pada Pilgub Jabar mendatang".Tegas Permana.

Bicara pantai utara di Jabar,lanjutnya."Dimana sih Dedi Mulaydi dilahirkan dan itu harus menjadi histrori dan Hirarki DPP Golkar dalam memandang Pilgub Jabar 2018 secara utuh",ungkapnya.

Ingat kasus SBY kesannya dianiyaya sewaktu pada Pilpres silam dan menang,itu harus menjadi satu pembanding antara waktu dan menjadi pengalaman berharga DPP PG.Benar SBY dan Dedi Mulyadi bukan kelas dan berbeda cerita tapi suasana sudah menurus ke kata aniyaya akibat sudah adanya simpati dan empati warga Golkar kepada Dedi Mulyadi,pungkas Permana.

Penulis : Uu Hambali
Editor : AS