Karawang. - Jaminan kesehatan melalui Karawang Sehat di pertanyakan sejumlah pihak.  Pasalnya,  ajuan bagi masyarakat miskin yang hendak memiliki program Karawang sehat, justru di arahkan pihak Dinas ke layanan kantor BPJS Kesehatan berbayar.  Akibatnya,  Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), acap kali menerima keluhan karena harus membayar iuran rutin, meskipun dalam surat ajuan berdasarkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM),  Pasien kembali diarahkan ke Karawang sehat/PBI.

PSM Desa Lemahabang,  Ardim Baharudin mengatakan,  masyarakat kurang mampu yang sama sekali tidak memiliki satupun jaminan kesehatan saat sakit diRawat di Rumah Sakit misalnya,  itu diajukan pihaknya melalui Surat Keterangan Tidak mampu (SKTM) untuk dibuatkan Karawang Sehat. Dulu,  prosedurnya dari Dinas Sosial ditujukan ke Dinas Kesehatan sehingga jadi Karawang Sehat.  Namun saat ini,  dari PSM ke Dinsos langsung ditujukan ke BPJS untuk dibuatkan kartu PBPU Fasilitas ke III untuk selanjutnya dibulan berikutnya dimasukan dalam data base PBI Karawang Sehat APBD Dinas Kesehatan Karawang.  Artinya,  secara otomatis,  pasien miskin diarahkannya ke BPJS dulu dengan berbayar,  sementara dibulan-bulan berikutnya,  pasien terus menanyakan, apakah harus rutin membayar,  karena niat hati memiliki Karawang Sehat,  tapi yang dimiliki masih PBPU dari BPJS.  " Sekaranf mah kita mengajukan langsung ke Dinsos,  dari Dinsos ke BPJS. Masyarakat kan nanya nanti kita bayar terus apah gimana? " Katanya. 

Ardim menambahkan,  baginya mau ke Karawang sehat maupun BPJS tidak jadi soal, karena masyarakat yang biasanya belum memiliki kartu jaminan kesehatan satupun jadi di milikinya.  Hanya saja,  pertanyaan itu muncul, saat di BPJS harus berbayar. Dengan kata lain,  Karawang Sehat ini program mau kemana,  apakah terjadi stok anggarannya sudah habis untuk biayai Gakin sakit, sehingga prosesurnya jadi berubah. Atau bagaimana." Mau BPJS ataupun juga Karawang sehat,  bagi PSM sih gak jadi soal,  yang penting masyarakat punya kartu jaminan kesehatan, " Katanya.

Senada dikatakan Agus,  Kaur Kesra Desa Lemahabang. Pihaknya sempat membawa Pasien yang sudah masuk kepsertaan di Karawang Sehat.  Untuk perawatan pertama di RSUD,  memang jaminan itu mulus dan gratis ditanggung Pemkab.  Namun,  saat kontrol sakit lagi untuk yang kali kedua,  data pasien yang dimaksud justru tidak lagi muncul.  Yang jadk pertanyaan sebut,  Agus.  Apakah Karawang Sehat ini hanya berlaku sekali perwatan,  sementara saat sakit untuk yang kedua kalinya ini tidak aktif lagi atau bagaimana.  Usut punya usut, kabar yang didapatnya,  konon saat cheking untuk kali kedua itu tidak muncul lantaran sedang hari libur nasional, sehingga pada akhirnya memang,  gratis ketika dichek dihari normal seperti biasanya.  Ia harapkan,  Sebut Agus,  Karawang Sehat ini bisa aktif terus,  baik dihari libur maupun hari normal,  karena orang sakit dan pelayanan orang sakit itu tidak pernah melihat hari libur, sykur baginya masih bisa di klarifikasi sistemnya,  namun masyarakat awam,  mungkin bisa dikibuli menjadi pasien umum nantinya. '"Buat saya petugas yang nganter saja bingung,  apalagi kalau orang awam, " keluhnya.

Anggota DPRD Karawang H Unang Sunandang mewanri-wanti agar RSUD dan rumah sakit lainnya berbenah diri dalam melayani pasien dengan beragam latar belakang.  Utamakan dulu layanan,  jangan menunggu segudang jaminan kesehatannya,  apalagi jika kondisi sakitnya perlu segera ditangani darurat.  Soal Karawang Sehat,  pihaknya akan chek terlebih dahulu soal anggaran dan programnya sudah berjalan sejauh mana.  Jika Pemkab tidak mampu memberi jaminan kesehatan buat masyarakatnya,  ini harus dipertanyakan.  Disamping memang ada BPJS,  tapi di Jakarta,  program Kartu Jakarta Sehat (KJS)  misalnya,  bisa menjadi kartu sakti buat masyarakat mjskin berobat di layanan medis dengan rapi. " Nanti kita evaluasi,  sambil konsultasi dengan Dinas Kesehatan dan Komisi D, " Ujarnya menanggapi. 


Penulis : Ruri
Editor : As