Karawang ‐ Impor beras yang akan dilakukan pemerintah akhir bulan ini disebut berdekatan dengan musim panen raya yang jatuh pada Februari. Akibatnya, Khudori, pengamat pertanian menilai, potensinya harga gabah petani semakin tertekan.


Pasalnya, persediaan beras bakal melimpah mengingat beras impor ditargetkan sampai di dalam negeri akhir bulan ini. Namun begitu, Khudori tak menyebutkan pasti berapa penurunan yang terjadi nantinya.

"Beras impor itu potensial untuk menekan harga gabah dan beras jauh lebih dalam. Jadi buat apa impor? Jadi, dicurigai macam-macam," ujarnya, Senin (15/1).

Misalnya saja, kecurigaan mencari dana segar untuk kepentingan politik. Pasalnya, harga beras impor jauh lebih murah dibandingkan dengan harga beras domestik. Dengan kata lain, pengimpor bakal meraup untung dari impor beras tersebut.

"Jadi, ketika pemerintah mengimpor itu siapa yang diuntungkan?” kata Khudori.

Di sisi lain, Bustanul Arifin, pengamat ekonomi pertanian menyatakan, harga gabah petani dan beras sebenarnya bisa dijaga apabila pemerintah bisa mengelola stok dengan rapi. Hal ini juga untuk meminimalisir potensi kerugian yang diraih petani.

"Usul saya coba secara serius membantu pengeringan dan dikelola secara profesional, sehingga banyak penggilingan padi kecil banyak terima manfaat," tutur Bustanul.

Lihat juga:Pemerintah Batalka

Ia mengakui, harga beras di pasar memang merangkak naik sejak Harga Eceran Tertinggi (HET) ditetapkan pada September tahun lalu. Soalnya, banyak produsen beras yang memproduksi beras premium.

"Jadi, beras medium agak langka, secara lambat laun harga naik dari September 2017 sampai hari ini sangat amat besar," jelas Bustanul.

Seperti diketahui, HET beras medium sebesar Rp9.450 per kilo gram (kg) dan HET beras premium dengan harga Rp12.800 per kg.