Jakarta,‐ Pencemaran di Sungai Citarum dinilai semakin memprihatinkan. Panglima Kodam Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mengajak masyarakat untuk bersama menangani Sungai Citarum. Dia menargetkan dalam waktu tujuh tahun, kondisi Sungai Citarum akan kembali pulih dan semakin membaik. 

Hal itu diungkapkan Doni dalam kegiatan sosialisasi kepada prajurit TNI dan jajaran Kodam III/Siliwangi di Graha Tirta Siliwangi, Bandung, Minggu (21/1).

Dia mengatakan, sungai sepanjang 297 kilometer itu adalah salah satu sungai yang paling strategis di Indonesia bahkan mungkin di dunia. "Mari kita selamatkan dengan konsep satu kesatuan komando dari hulu ke hilir melibatkan semua komponen masyarakat dan mensejahterakan masyarakat," ungkap Doni.

Doni menjelaskan, TNI akan bekerja sama dengan Polda Jabar dalam urusan penegakan hukum, terutama soal perusahaan-perusahaan yang membuang limbah ke sungai.

"Penegakan hukum juga memikiki porsi yang sangat tinggi, 50 persen keberhasilan program ini ditentukan penegakan hukum. Supaya mereka yang buang limbah kena sanksi," tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Doni turut memaparkan permasalahan sungai yang menjadi ikon Jabar tersebut mulai dari hulu hingga ke hilir. 

Di antaranya soal lahan kritis dan sangat kritis yang luasnya lebih dari 80 ha, kecilnya debit air di kala musim kemarau, kotoran ternak yang mencapai 100 ton per hari serta 20 ribo ton sampah per harinya.

Koordinator Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Supardiyono Sobirin mengungkapkan fakta lain terkait Citarum yang sangat memprihatinkan.

Menurut dia, selain pencemaran air laut dan daratan yang ditimbulkan melalui aliran sampah yang dibuang masyarakat ke sungai dan limbah industri, juga persoalan hilangnya mata air.

"Mata air itu ada 300 di cekungan Bandung. Tetapi tahun 2015 setelah dilakukan penelitian tinggal 144 titik mata air," ungkapnya.

Berkurangnya jumlah mata air disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya hutan gundul yang menyebabkan hilangnya resapan air.

Supardiyono mendukung langkah yang dilakukan pangdam salam mengurusi penataan Sungai Citarum.

"Sosialisasi memang harus dilakukan bahwa Citarum milik kita. Sampah yang ada di Citarum dan sumbernya itu harus diambil. Limbah juga demikian. Dan yang terpenting bagaimana mengurusi banjir dengan menanami pohon di perbukitan dan hulu sungai," jelasnya.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, masalah utama pencemaran Sungai Citarum yakni berasal dari limbah padat masyarakat yang tidak terkelola dengan baik.

"Masalah utama Citarum ini limbah padat dari masyarakat," ujar Siti Nurbaya usai menghadiri acara sosialisasi penanganan sampah kepada pelajar di Balaikota Bandung, seperti dikutip dari Antara, Minggu (21/1).

Siti mengatakan pentingnya pengelolaan sampah secara maksimal yang harus dilakukan sejak dini. Sebab, pertumbuhan volume sampah tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah dengan baik.

Menurut dia, banyaknya sampah di Sungai Citarum akibat buruknya pengelolaan sampah oleh masyarakat. Hal itu juga diperparah oleh terbatasnya tempat pembuangan akhir (TPA), sehingga banyak sampah yang akhirnya dibuang ke sungai.

Di sisi lain, ia pun menyoroti limbah industri yang mencemari Sungai Citarum. Masifnya pembangunan industri di sepanjang aliran sungai telah mempengaruhi kualitas air yang ada.

"Penanganan limbah industri sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan terkait. Kita tinggal penegakkan hukum saja," kata dia.