PELITA KARAWANG.- Badan Geologi memperingatkan soal potensi tanah longsor akibat tingginya curah hujan. Sejumlah wilayah dikategorikan dalam potensi tinggi gerakan tanah.

Ada dua zona sebenarnya yang patut diantisipasi, yaitu zona merah, yang merupakan kategori tinggi gerakan tanah. Kemudian juga ada zona kuning atau menengah potensi gerakan tanah.

"Zona merah merupakan prioritas wilayah potensi tinggi terjadinya gerakan tanah, yang umumnya berada pada jalur jalan dan permukiman di daerah perbukitan, pegunungan, dan sepanjang aliran sungai di seluruh wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara," demikian informasi yang diterima dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/2/2018).

Kewaspadaan tinggi itu khususnya di wilayah Jawa. Sebab, di wilayah inilah kerap terjadi tanah longsor berulang.

"Kewaspadaan tinggi khususnya wilayah Jawa, yang merupakan langganan kejadian longsor/gerakan tanah setiap tahunnya. Mengingat pertumbuhan penduduk dan alih fungsi lahan yang cukup masif di wilayah ini dibanding wilayah lain di luar Jawa," tulis Badan Geologi.

Daerah yang berpotensi tinggi itu meliputi wilayah Banten bagian tengah dan selatan, Jawa Barat bagian tengah dan selatan (Kabupaten/Kota Bogor, Cianjur, Sukabumi, Subang bagian selatan, Majalengka, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Pangandaran, Bandung Barat dan Bandung), Jawa Tengah (terutama wilayah Brebes,Tegal, Banyumas, Cilacap, Kebumen, Banjarnegara, Semarang, Purworejo, Sragen, dan Magelang), DI Yogyakarta, Jawa Timur (terutama Pacitan, Trenggalek, Jember, Banyuwangi, dan Lumajang). 

Gejala awal gerakan tanah saat curah hujan tinggi seperti saat ini, dianjurkan Badan Geologi, sebaiknya dipantau oleh aparat pemerintah maupun masyarakat.

"Selanjutnya rambu peringatan rawan longsor/gerakan tanah perlu dipasang sebagai bagian peringatan dini," tambah keterangan Badan Geologi.

Gejala tanah longsor atau gerakan tanah yang patut diwaspadai yaitu berupa munculnya retakan pada lereng, pohon dan tiang listrik yang sudah miring, munculnya rembesan di lereng yang terjadi tiba-tiba. Selain itu, adanya runtuhan batu kecil serta lereng yang tiba-tiba menggembung.

"Jika mengenali tanda-tanda awal longsor tersebut, sebaiknya masyarakat mengungsi dulu atau menjauhi lereng," imbau Badan Geologi.

Sementara itu, banjir bandang dan aliran bahan rombakan bisa terjadi karena adanya longsoran atau pohon yang membendung di bagian hulu. Penyebab lainnya juga bisa longsoran yang terjadi di alur sungai. Jika aliran sungai tiba-tiba terhenti atau membawa material lumpur dan sangat keruh, hal itu harus diwaspadai. 

"Jika kejadian seperti ini, masyarakat yang tinggal di sempadan sungai atau di sekitar sungai sebaiknya segera melaporkan kepada pemerintah daerah setempat dan menyiapkan diri untuk mengungsi terlebih dulu atau menjauhi sungai," tutup keterangan Badan Geologi.


Sumber:detikcom