PELITAKARAWANG.COM - Keberadaan tenaga mesin dalam bidang pertanian memang di nilai membantu meringankan beban petani, seperti halnya traktor yang bisa menggantikan tenaga kerbau dan di anggap lebih efisien waktu. Namun, semakin majunya teknhologi hampir semua kegiatan bertani menggunakan tenaga mesin. Mulai dari bertanam, hingga panen.

Hal tersebut tak lepas menimbulkan efek dan tanggapan dari para petani, khususnya buruh tani yang merasa ladang tempat mencari nafkahnya hilang akibat keberadaan mesin-mesin tersebut.

Efek tersebut juga dirasakan buruh tani bernama Rumsah (52) warga Dusun Tambun 1 Desa Karyamakmur, ia mengatakan keberadaan mesin sintok atau rontog menjadi salahsatu penyebab dirinya berhenti dalam dunia tani. Biasanya, sebelum ada mesin rontog, dirinya memanfaatkan sisa padi yang masih menempel di batang padi. Karena, untuk memisahkan padi dari batang pada waktu itu masih manual.

"Dulu mah selain buruh tani, kita memanfaatkan sisa-sisa padi yang menempel di batang padi (Ngasag). Sekarang mah gak bisa, karena menggunakan mesin rontog, semua padi habis tak tersisa masuk ke karung," ucapnya.

Selain mesin rontog, saat ini juga telah beredar di tengah masyarakat mesin khusus tanam padi atau tandur. Jelas saja dengan keberadaan mesin tersebut, banyak buruh tani yang akan pensiun.

"Untuk pemilik lahan memang akan mempermudah, tapi bagaimana nasib kami buruh tami. Jangankan ke perusahaan, cari kerja di kampung halaman saja sudah di ganti mesin," keluhnya.

Dirinya berharap ada solusi yang bisa  memberikan kalangan bawah seperti dirinya pekerjaan pengganti untuk mempermudah mencari nafkah. Agar keberlangsungan hidup masyarakat tetap stabil.

"Bingung mau cari kerja apa, kuli cuci juga sudah ada mesin cuci," pungkasnya.