PELITAKARAWANG.COM - Program tanam Padi Jagung dan Kedelai (Pajale) yang di canangkan Dinas Pertanian paska panen, menuai kontroversi. 

Pasalnya, program tersebut, dianggap tidak singkron dengan jadwal air yang harus digelontorkan sesuai SK Gubernur Jawa Barat setiap tahunnya. Pemandangan kontroversi itu muncul, setelah Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sri Rejeki 4 Dusun Banjun Desa Pasirtanjung, melontarkan pertanyaan dihadapan para pejabat Dinas dan Kementrian pertanian yang ikut dihadiri Kepala PJT Karawang Kamis (23/8).

Ajum, Ketua Poktan Sri Rejeki 4 mengatakan, petani tidak mau banyak teori dan program, tapi tidak memberikan ilmunya terlebih dahulu. Saat ini, ia mengapresiasi adanya program tanam palawija paska panen padi, namun apakah pengairannya bisa singkron juga?. 

Sebab, masing-masing sektor, baik Dinas punya program, kemudian PJT II juga punya jadwal sesuai aturan, menyebabkan program-program yang menyasar ke pertanian ini tidak singkron. 

Petani sebut Ajum, tidak mau panen Februari karena selalu basah dan mengancam harga dan kualitas gabah, disisi lain, juga tanam padi petani tidak mau tanam Mei, karena takut istilah " KaMeian". Sehingga, program pertanian, program pengairan dan petaninya itu sendiri sampai saat ini diakuinya, masih jalan sendiri-sendiri. Satu contohnya adalah tanam kedelai ini, ia balik khawatir, kedelai yang ditanam belum masuk masa panen, air sudah turun dan membuat banjir hingga tanamannya busuk. 

Untuk itu, sebutnya, ia meminta solusi baik dari Pertanian maupun PJT soal ini, karena keduanya di ikat oleh aturan dan regulasi masing-masing. " Saya takut kalau kita tanam kedelai belum panen, air sudah turun dan diarahkan segera tanam padi lagi," Keluhnya. 

Menanggapi itu, Kepala Perusahaan Jasa Tirta (PJT) Jatiluhur Karawang, Suwondo mengatakan,  jika saat ini tanam kedelai, kemudian dalam SK Gubernur air di golongan 2 ini sudah harus mengalir pada 15 Oktober nanti, apakah cukup waktu 1,5 bulan kedelai bisa di panen? Jawabannya tentu tidak, karena memang pihaknya hanya menjalankan pengairan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan Gubernur melalui SK, sehingga kalau nanti Oktober air datang, kemudian dihantam hujan pula, ia meminta petani maupun pihak lainnya untuk tidak menyalahkan PJT. 

Bukan, apa-apa, sebab, kebanyakan kekeringan atau juga banjir yang banyak disalahkan justru pihaknya, sementara PJT hanya menjalankan aliran air di saluran sampai Sekunder itu sesuai SK Gubernur." Di Golongan 2 ini, air harus sudah masuk 15 Oktober, nah waktu 1,5 bulan itu cukup gak sampai panen kedelai? Nah terpenting itu, banjir atau kering ya jangan salahkan PJT, toh kita diatur SK Gubernur," Katanya.


Kepala UPTD Pengelolaan Pertanian Dedi S melalui Penyuluh Pertanian Desa Pasirtanjung, Suhada S.P mengatakan, di Lemahabang, target tanam kedelai itu jumlahnya 400 hektar dengan varietas Anjasmoro dan Grobogan. Soal pengairan, para petani sebenarnya tidak perlu khawatir, karena air akan tetap normal mengalir di saluran sekunder, namun akan melintas saja digolongan 2, dan tidak akan sampai membuat lahan kedelai yang ditanam banjir dan basah hingga membuat tanaman kedelai busuk. Hal ini sudah dikoordinasikan, karena untuk panen muda, kedelai yang ditanam ini butuh waktu kurang dari 3 bulanan." Air akan tetap normal, tapi diupayakan memang gak sampai nanti Dan menggenangi tanaman kedelai, " Harapnya.