PELITAKARAWANG.COM - Vaksin Measles dan Rubella (MR) yang di gadang-gadang dapat mencegah penyakit campak dan penyakit menular lainnya, gencar di lakukan oleh dinas kesehatan. Dengan sasaran siswa sekolah dari berbagai tingkatan. Namun, setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan vaksin tersebut mengandung unsur babi. Beberapa kepala sekolah menolak siswanya untuk diberi vaksin tersebut. Alasannya pun beragam, salahsatu diantaranya adalah mereka tidak ingin jika siswanya harus diberi sesuatu yang jelas haram.

“Pemerintah harus bertanggungjawab atas tindakan ini, karena dari awal hal tersebut terkesan di tutup-tutupi. Masyarakat seperti tidak diberi informasi secara detail dan menyeluruh. Dan itu menurut saya sebuah kejahatan yang di lakukan oleh pemerintah,” ujar ketua Yayasan Gema Cendikiawan ndonesia (YGCI) Bambang Pranowo MSi.

Dengan tegas, ia menolak vaksin MR di berikan kepada siswanya. Karena sudah cukup jelas dengan yang difatwakan oleh MUI, bahwa vaksin MR itu mengandung babi dan hukumnya haram diberikan kepada siswa. Adapun kemanfaatan dan madhorotnya vaksin tersebut bagi  siswa, mesti melalui pengkajian ulang.

“Pemerintah harus mencari solusi lain,”  tegasnya.

Sementara itu Kepala SDN Kampungsawah 3, Sutarman MPd mengaku, sebelumnya ia tidak tahu jika vaksin tersebut mengandung unsur babi. Namun setelah mengetahui faktanya, ia menolak keras vaksin MR masuK ke lingkungan sekolahnya.

“Kalau tau seperti itu saya tolak,” ujarnya.

Menurutnya, manfaat yang menjadi alasan dinas kesehatan agar siswa di vaksin MR membuatnya berfikir kembali. Pasalnya, ia hanya meyakini jika madhorot yang di maksud  yaitu tingkat bahaya yang tinggi, bahkan dapat menyebabkan kematian jika anak atau siswa tidak mendapatkan vaksin. Selain itu, perbandingan jumlah siswa yang akan kena dampak penyakit campak jika tidak di vaksin belum menandakan adanya bahaya yang mengancam.

“Misalkan dari jumlah 100 orang siswa, 10 orang meninggal karena tidak diberi vaksin.  Itu boleh disebut kategori darurat. Saat ini kan tidak banyak korban,” katanya.

Ditempat berbeda melalui telepon selulernya, Kepala SMPN 1 Rengasdengklok, Asma SPd belum dapat memberikan jawaban pasti. Padahal Senin (27/8) mendatang siswanya akan diberi vaksin tersebut, ia lebih memilih untuk mendiskusikannya terlebih dahulu dengan para wakil kepala sekolah dan dinas pendidikan sebelum mengambil keputusan boleh atau tidaknya vaksinasi MR di lakukan di sekolahnya.

“Terkait ini, kita musyawarahkan terlebi hdahulu dengan para wakil kepsek dan Dinas pendidikan,” ucapnya.

Kepala Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Puskesmas Kutawaluya, dr Nurmala Hasanah mengaku akan terus melaksanakan vaksin ini ke setiap sekolah. Mengingat, program ini merupakan titah dari dinas kesehatan yang harus di jalankannya.

“Kita hanya melaksanakan tugas dari dinkes,” pungkasnya.