PELITAKARAWANG.COM - Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Kapten Nur Cahyo mengatakan ada masalah yang terjadi di pesawat Lion Air JT610 sebelum kecelakaan di perairan Karawang, Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan, pada tanggal 28 Oktober 2018, pesawat udara Boeing 737-8 (MAX) registrasi PKLQP melakukan penerbangan dengan rute dari Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar menuju Bandar Udara Intemasional Soekarno-Hatta.

Ketika melakukan pemeriksaan pre-flight, Pilot in Command (PIC) berdiskusi dengan teknisi terkait tindakan perawatan pesawat udara yang telah dilakukan, termasuk adanya informasi bahwa sensor Angle of Attack (AoA) yang diganti dan telah diuji. 
"Pesawat udara berangkat pada malam hari pukul 1420 UTC (22:20 WITA), Digital Flight Data Recorder (DFDR) mencatat adanya stick shaker yang aktif pada sesaat sebelum lepas landas (rotation) dan berlangsung selama penerbangan," kata Cahyo dalam keterangan pers di kantornya, Rabu, 28 November 2018.
Cahyo menambahkan, ketika pesawat berada di ketinggian sekitar 400 feet, PIC menyadari adanya warning IAS Disagrre pada Primary Flight Display (PFD). 
Kemudian PIC mengalihkan kendali pesawat udara kepada Second in Command (SIC) serta membandingkan penunjukan pada PFD dengan instrument standby dan menentukan bahwa PFD kiri yang bermasalah.
"PIC mengetahui bahwa pesawat mengalami trimming aircraft nose down (AND) (hidung pesawat turun) secara otomatis. PIC kemudian mengubah tombol STAB TRIM ke CUT OUT. SIC melanjutkan penerbangan dengan trim manual dan tanpa auto-pilot sampai dengan mendarat," ucap dia. 
Selanjutnya, PIC melakukan deklarasi pan-pan karena mengalami kegagalan instrumen kepada petugas pemanduan lalu lintas penerbangan Denpasar dan meminta untuk melanjutkan arah terbang dengan landasan pacu. 
Dia menambahkan, PIC melaksanakan tiga Non-Normal Checklist dan tidak satupun dari ketiga prosedur dimaksud memuat instruksi untuk melakukan pendaratan di bandar udara terdekat.


sumber : viva