PELITAKARAWANG.COM-. Pemkab Karawang, hanya memiliki 60 unit armada sampah. Dari jumlah itu, armada yang di kemudikan, mengangkut sampah tak kurang dari 200 ton sehari dari berbagai Tempat Pembuangan Sampah  (TPS) resmi yang tersebar di berbagai Kecamatan.

Ditemui di Desa Mekarmaya, Kepala Tim Kemitraan Sampah Wilayah III Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Anton Abeng mengatakan, jumlah armada 60 unit sebenarnya masih kurang ideal untuk melayani sampah rumah tangga di Karawang yang jumlah penduduknya lebih dari 2 juta jiwa. Dengan 60 unit saja, sampah yang berhasil diangkut setiap hari, mencapai 200 ton, apalagi kalau Pemkab memenuhi armada ideal di kisaran 120-150 unit, sudah berapa ratus sampah lagi yang dihasilkan untuk dibuang ke TPS Jalupang. Artinya, 200 ton sampah itu yang berhasil diangkut, sementara ratusan ton lainnya mungkin belum bisa terangkut optimal mengingat kurangnya armada sampah yang tersedia. Di wilayah III garapannya saja, mengangkut armada sampah sehari, hanya di 6 TPS resmi, selebihnya rata-rata sampah liar yang dibuang sembarangan oleh masyarakat di pinggiran jalan, jembatan dan lainnya. " Iya sehari 200 ton, itu yang terangkut. Yang tidak terangkut banyak lagi, karena kita terbatas armadanya se Karawang hanya 60 unit," Katanya.

Yang dimaksud TPS aktif sambungnya, adalah TPS yang sudah Mou dengan Dinas, rata-rata adalah sampah di pasar-pasar dan perumahan. Namun, dibanding dengan TPS resmi, TPS liar jauh lebih banyak, ini menandakan warga lebih banyak membuang sampah liar ketimbang ke TPS resmi, itu karena diakui Anton, di Jalupang sendiri pembuangan sampah akhir sudah hampir penuh, tapi sedang ada beberapa perluasan lagi. " Kalau ke TPS resmi setiap hari, dengan operasional Rp250 ribu sehari, tapi kalau TPS liar, kita ada baksos seminggu sekali menyisir sampah liar diberbagai tempat," Katanya.

Lebih jauh Anton menambahkan, masyarakat diharapkan bisa membakar sampah di halaman rumah sendiri dan tidak membuang sampah ke sembarang tempat. Ia prihatin, jembatan disepanjang jalur Syekh Quro, dipastikan berjejal ada sampah-sampah liarnya. Dirinya juga kritik industri perumahan yang menomor duakan urusan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial (Fasum Fasos) saat mulai pembangunan, karena banyak perumahan jarang membuat fasus Fasum di awal pembangunan property,  tapi lebih dominan setelah dibangun baru memikirkan fasilitas seperti TPS, akibatnya,  banyak warga penghuninya di perumahan tidak ingin rumahnya dekat TPS dan timbul lagi masalah baru." Perumahan juga sering abaikan fasilitas TPS ini, mereka sering membangun dulu rumahnya, sudah jadi baru memikirkan, " Sesalnya.