PELITAKARAWANG.COM-.Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Fitra Arda Ambas mengemukakan,dari 435 museum yang terdaftar di seluruh Indonesia,banyak museum yang kondisinya kurang perhatian dan jarang dikunjungi masyarakat.
“Bahkan ada 100 museum yang termasuk kategori tidak layak menampung koleksi sejarah,” kata Fitra Arda Ambas dalam pemaparannya pada Forum Tematik Bakohumas yang diselenggarakan oleh Kemendikbud, di Hotel Novotel, Rabu   (19/6)kemarin.
Sebagian dari museum-museum itu, lanjut Fitra, terpaksa tutup karena tidak mempunyai dana operasional.
Menurut Fitra Arda Ambas, itu menurunnya fungsi museum sebagai ruang publik terjadi beberapa hal, yaitu: a. Perubahan kelembagaan; b. Dituntut untuk menghasilkan dana; c. Data yang tidak akurat/informasi koleksi; c. SDM yang tidak kompeten; d. Keterbatasan anggaran; dan e. Tidak memiliki program yang jelas.
“Artinya museum dimaknai sebagai penyimpan alias gudang saja. Sedangkan poin paling penting dari museum adalah cerita di balik benda-benda sejarah,” jelasnya.
Ia menilai, penurunan fungsi musium itu juga tidak terlepas dari diserahkannya urusan pengelolaan museum ke daerah seiring dengan era otonomi daerah. Sementara bagi daerah pengelolaan museum tidak menjadi prioritas. Akibatnya, banyak museum yang merana, dan lebih berfungsi sebagai penyimpan artefak.
Fitra Arda Ambas membandingkan dengan berkembangnya museum yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Museum Bank Indonesia maupun Museum Bank Mandiri, di Jakarta.
Dan demi bisa kembali berfungsi dengan baik, Fitra menyarankan pengelola museum harus bisa mengemas koleksi sesuai dengan kebutuhan,sehingga bisa mendongkrak segmentasi pasar, promosi, serta nilai estetika dan ilmiahnya dengan catatan hendaknya jangan mengganggu fungsi dasar museum sebagai pelestari.
Selain itu, lanjutnya,pengelola museum harus mampu mencuatkan nilai-nilai unggul koleksi yang tersimpan dan disajikan kepada publik, dan merevitalisasi  sistem pengelolaan museum agar lebih adaptif dengan perkembangan zaman serta kompatibel dengan ekonomi kreatif dan industri pariwisata.
“Upayakan pemanfaatan museum sebagai area publik, sehingga pengelola museum dituntut untuk dapat memberikan program dan kegiatan publik yang bernuansa kreatif, menyenangkan dan edukatif,” pungkasnya. (red)