PELITAKARAWANG.COM - Jalan tol layang Jakarta-Cikampek II yang membentang sepanjang 36,37 km dari Cikunir hingga Cikampek ditargetkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2019. 

Jalan tol ini diharapkan bisa menampung 30% limpahan kendaraan yang selama ini melintas di tol Jakarta-Cikampek. 

Direktur Keuangan PT Jasa Marga Tbk (Persero) Donny Arsal mengatakan, jalan tol layang Jakarta-Cikampek II beroperasi untuk menyambut libur Natal dan tahun baru (Nataru). "Kami rencanakan akhir tahun di Nataru sudah bisa dipakai operasional," ujar Donny, Rabu (21/8). 

Saat ini Jasa Marga masih menunggu keputusan pemerintah terkait tarif tol Jakarta-Cikampek II. Pembangunan proyek ini ditargetkan rampung akhir September 2019. Sampai awal Agustus lalu, perkembangan proyek ini sudah mencapai 91%. Jika dapat dirampungkan sesuai target, Jasa Marga akan melakukan uji layak fungsi dan layak operasi pada  Oktober dan meresmikan pembukaan tol pada akhir November 2019.

Proyek Berulang Kali Molor Jalan tol layang yang ditunggu-tunggu masyarakat ini  akan menjadi jalan tol layang pertama yang menggunakan baja di Indonesia. Proyek yang kontraknya ditandatangani pada 27 Februari 2017 ini telah molor setengah tahun dari target penyelesaian Maret 2019.  

Konsesi pengerjaan proyek ini ditangani anak usaha Jasa Marga, yaitu PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JCC) dengan melibatkan dua kontraktor untuk Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan, yaktu PT Waskita Karya Tbk (Persero) dan PT Acset Indonusa Tbk (KSO Waskita–Acset). 

Berdasarkan Kerja sama Operasi (KSO), Waskita Karya yang memiliki porsi 51% saham di KSO tersebut mengerjakan ruas tol sepanjang 19,7 km dari Cikunir hingga Cikarang. Sementara itu, Acset Indonusa yang memiliki 49% saham mengerjakan ruas dari Cikarang hingga Karawang sepanjang 18,9 km. 

Proyek bernilai Rp 13,5 triliun ini awalnya direncanakan bakal rampung dalam 24 bulan waktu pengerjaan atau Maret 2019. 

Bahkan jika sesuai rencana, jalan tol layang ini seharusnya bisa beroperasi pada musim arus mudik lebaran yang lalu. Namun, rencana itu melenceng dari target dan mundur hingga konstruksi bangunan rampung pada akhir September 2019. 

Bentrok waktu pengerjaan dengan momentum Asian Games 2018 ditengarai menjadi salah satu penyebabnya sehingga beberapa ruas terpaksa disetop pengerjaannya. 

Sejak Juli 2018, waktu bagi pekerja untuk mengerjakan konstruksi jalan tol layang baru bisa dilakukan saat malam hari hingga subuh. Setelah itu, pengerjaan dihentikan dengan pertimbangan arus mobilisasi di sekitar proyek yang padat. Waktu untuk bekerja baru dimulai pukul 21.00 - 05.00 WIB dengan menutup 6 jalur dari dua ruas arah ke Bandung dan arah ke Jakarta. 

Pada periode lebaran 2019, proyek sempat berhenti bekerja selama 20 hari agar arus mudik tak terganggu. (Baca: Tol Layang Jakarta-Cikampek Ditargetkan Rampung September 2019) Bersamaan dengan Proyek LRT Jabodebek Kendala lainnya yang menyebabkan proyek tol layang ini tertunda adalah pengerjaannya yang berbarengan dengan pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek dan kereta cepat Jakarta-Bandung. 

Ketiga proyek itu sama-sama menggunakan lahan di sepanjang jalur Jakarta hingga Cikampek.  Bukan hanya itu, target penyelesaian proyek ini kembali terancam molor karena proses pembebasan lahan di jalur pembangunan tol layang belum sepenuhnya beres. Belum lama ini, Corporate Communication Departement Head PT Jasa Marga (Persero), Irra Susiyanti melaporkan pengerjaan proyek terhambat oleh SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berdiri di kilometer 17.

 Alhasil, pembangunan baru dapat dilanjutkan setelah jalur SUTET. dipindahkan.




katadata.co.id