PELITAKARAWANG.COM.- Kompensasi nelayan atas dampak limbah minyak Pertamina akhirnya cair. Namun, besaran yang hanya diganjar Rp30 ribu di kali 2 bulan, membuat beberapa nelayan protes. Bahkan, besaran yang dianggap tidak layak itu membuat Manajer Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasirputih, mengancam demo istana. 


"Penantian yang panjang (kompensasi) memang sudah dilakukan, tapi tidak sesuai harapan, seolah-olah pemberian kompensasi ini sifatnya hanya peredam saja, tanpa menghitung kebutuhan kebutuhan masyarakt yang terkena musibah limbah, " Kata Manajer TPI Pasirputih, Nurjaya, Rabu (11/9).

Lebih lanjut ia mengatakan, tentunya hal ini dijadikan pemikiran semua, karena harusnya PT Pertamina menganalisa kebutuhan setiap KK, masa iya, cuma Rp30 ribu dikali 2 bulan atau Rp1,8 juta. Dirinya belum faham, apakah ini yang di maksud tahapan-tahapan yang di ungkapkan Pertamina, atau memang sebatas peredam saja. Dirinya balik heran saja, kompensasi yang seharusnya di angka ideal setara UMR, ternyata hanya Rp900 ribu perbulan. Belum lagi, distribusinya digebuk rata, baik nelayan, pembudidaya, petambak dan lainnya.  " jadi kaget, apalagi jumlah ini sangat jauh dari kebutuhan nelayan, dari mana menghitungnya? "katanya.

Akibat kebocoran ini, sambungnya, kalau dilihat ke belakang pada seismik ditahun 2013 menyebabkan saluran air di Pasirputih menjadi asin, tidak menutup kemungkinan kebocoran pipa ini akan menjadi dampak bagi nelayan-nelayan kecil lainnya,  karena, ekosistem laut menjadi rusak dan yang sangat terasa dirasakan yaitu nelayan bagang, itu, bisa dilihat dari bangunan bagang masih berdiri namun pihak pertamina melarang bagang tidak boleh beroperasi dengan alasan zona tangkep berbahaya. Lantas, Bagaimana langkah selanjutnya?
kiranya nekayan, sebut Nurjaya perlu demo di depan Istana presiden. "Saya akan siapkan pasukan nelayan, kita juga pernah demo urusan perompakan, masa kita diem aja urusan begini, " ungkapnya. (Rdi)