PELITAKARAWANG.COM - Asosiasi Klinik Indonesia (Asklin) menjerit lantaran banyak pasien BPJS Kesehatan yang lari ke puskesmas untuk mendapatkan fasiltas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Sekretaris Jenderal Aslin Rizal mengatakan, bila situasi ini terus berlanjut, maka akan mejadi sinyal bahaya untuk klinik-klinik yang melayani BPJS Kesehatan dan juga negara.
"Kalau ini berjalan terus, ini bahaya, klinik akan tutup, dan defisit (BPJS Kesehatan) juga akan besar," ujarnya di Kantor Ombudsman, Jakarta, Kamis (12/9).
"Kenapa? Karena setiap dokter puskesmas setiap dia enggak mampu, langsung kasih rujukan. Ini akan berdampak besar bagi negara," imbuh Rizal.
Kondisi itu kian berat lantaran sudah empat tahun, Rizal mengungkapkan, dana kapitasi untuk klinik tidak naik. Saat ini, dana kapitasi untuk klinik Rp 10.000 per pasien, termasuk untuk dokter gigi di klinik tersebut.
"Kalau begini terus, klinik akan banyak tutup karena enggak sesuai dengan cost-nya. Belum lagi, dokter gigi teriak kayak tukang parkir dibayar Rp 2.000 per pasien. Ini yang harus dipikirkan," kata Rizal. Tambah lagi, ada tunggakan dari BPJS Kesehatan yang masih terjadi sekitar tiga bulan.
Asklin meminta, agar fungsi puskemas dikembalikan ke fungsi awal, yakni preventif atau pencegahan penyakit bukan ikut memberikan layanan pengobatan.
Sebab, Rizal bilang, dengan begitu bila dokter puskesmas tidak mampu mengobati pasien, maka langsung memberikan rujukan ke rumahsakit yang biayanya ditanggung BPJS Kesehatan.
"Kami pikirkan defisit, sebenarnya terpengaruh dari puskesmas. Kalau setiap pasien datang ke puskesmas, kalau dia begitu gampangnya untuk merujuk ke rumah sakit, ini biayanya besar bagi BPJS Kesehatan," kata dia.


kompas.com