PELITAKARAWANG.COM-.Peran pengawas sangat besar dalam menjaga kegiatan di sekolah khususnya terkait dengan ancaman radikalisme dan intoleransi.Berangkat dari fakta inilah, Maarif Institute bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama memperkuat peran pengawas sekolah dalam rangka mencegah intoleransi dan radikalisme di lingkungan sekolah. 

Diduga Banyak Pelajar Ikut Demo Kantor Bupati Karawang

Beberapa langkah dilakukan yakni menjalankan pelatihan ke sejumlah daerah dan membuat buku pengayaan untuk pengawas.Sejumlah daerah yang telah dilakukan pelatihan yakni Banten, Yogyakarta, Malang, Mataram, Manado, dan Denpasar. Pelatihan dilakukan selama 10 bulan terakhir dan diharapkan bisa mempromosikan toleransi di sekolah. 

Menurut Inspektur Jenderal Kemendikbud, Muchlis R Ludin, ancaman radikalisme dan prokekerasan di lingkungan sekolah perlu kita cegah dan deteksi secara dini agar tidak menyebar. “Peran pengawasan menjadi vital dan signifikan mengingat pengawasan di sekolah pada lini sekolah, terletak juga penguatan pada pengawas sekolah," kata Muchlis ditemui di Kemendikbud.

Muchlis menyebutkan, selama ini masih banyak terjadi tawuran pelajar yang berpengaruh kepada anak-anak di sekolah. Selain tawuran juga muncul perundungan atau //bullying//.Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah berkembangnya bentuk fanatisme dan juga pandangan yang bersifat intoleran di tengah masyarakat Indonesia.

"Kerja sama ini ingin juga menyasar untuk memberikan jawaban atas keprihatinan kita menyikapi maraknya hal-hal itu," kata dia menambahkan.

Menghadapi hal tersebut, pengawasan internal sekolah menjadi garda terdepan penjaga ideologi Pancasila dalam implementasi pendidikan. Muchlis menuturkan, melalui program kerja sama pihaknya dengan Maarif Institute pengawas internal sekolah dipacu untuk dapat mengenali, mendeteksi, mengawasi, dan berperan aktif dalam mencegah penetrasi intoleransi dan radikalisme di sekolah.

Pendiri Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif, mengatakan pendidikan karakter menjadi sangat penting untuk menjaga masyarakat dari intoleransi dan radikalisme. "Pancasila mesti menjadi ruh pembangunan SDM yang unggul. SDM yang unggul mesti identik dengan praktik Pancasila secara autentik," kata dia.

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abdul Rohim Ghazali, mengatakan riset yang dilakukan pihaknya menunjukkan ada tiga pintu masuk radikalisme dan intoleransi di sekolah. Pertama adalah kebijakan sekolah, proses belajar mengajar, dan kegiatan ekstrakurikuler. 

Dia mencontohkan di salah satu kabupaten di Jawa Barat, keberadaan kelompok ekstrem radikal bahkan difasilitasi oleh guru PAI dan guru kimia. "Mereka melakukan infiltrasi idelogi melalui pembangunan beberapa fasilitas publik seperti masjid, artesis, dan resevoar pengelolaan air bersih," kata dia.
Konsekuensi dari hal tersebut adalah, pengelolaan masjid menjadi didominasi oleh kelompok radikal. Selain itu, monitoring rohis juga dilakukan oleh kader-kader dari para kelompok radikal ini. Akhirnya radikalisme dan intoleransi pun masuk. 

Melihat fakta-fakta tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengatakan selama ini sebenarnya pendidikan karakter sudah diterapkan. Namun yang menjadi masalah adalah, guru-guru yang masih kebanyakan terlalu fokus mengajarkan ilmu pengetahuan.

Padahal, karakter adalah hal yang sangat penting untuk membentuk sikap para peserta didik. "Kita berancang-ancang, Kemendikbud itu mestinya pemahaman karakter dimulai dari peran sekolah yaitu PAUD, dalam bentuk kebiasaan dan keteladanan. Kemudian pembentukan penanaman nilai terhadap bidang-bidang dasar yaitu SD dan SMP," kata dia. 

Lebih lanjut, dia berharap melalui kerja sama ini pengawas sekolah bisa lebih berperan aktif dalam ancaman radikalisme dan intoleransi. Saat ini, dia mengatakan pihaknya sedang membenahi tentang posisi pengawas dan kepala sekolah agar kinerjanya lebih maksimal."Kita usulkan melalui Kemenpan-RB nanti kepala sekolah dan pengawas itu jabatan karir guru," kata dia lagi.(rol)