PELITAKARAWANG.COM- Moderasi agama dan sikap saling menghormati perbedaan, ditekankan Kepala Kementrian Agama (Kemenag) H Sophian di sela-sela pembinaan KUA enam Kecamatan di Lemahabang, Selasa (12/11). Mereka, di wanti-wanti agar berperan aktif di tengah-tengah umat dalam membentengi penyimpangan aliran dan pemahaman keagamaan. 


"Jadi pegawai kemenag itu jangan keras-keras, moderat saja. Perbedaan itu biasa, ada NU, Muhammadiyah, Persis dan Mathla'ul Anwar, jadi yang terpenting perannya untuk agama dan bangsa ini harus aktif, " Kata H Sophian.

Ia menambahkan, dewasa ini ternyata bukan lagi istilah di sinyalir adanya penyimpangan keagamaan, tapi memang mulai muncul titik-titik merah di beberapa kecamatan. Sebut saja di Pangkalan, ada agama baru dan ada orang yang mengaku-ngaku nabi baru, kemudian di Kecamatan Pedes ada juga aliran yang tidak mewajibkan solat Fardhu dan puasa, ini jadi PR bersama, utamanya para penyuluh. Sesekali, ajak Sophian, para penyuluh harus keliling mesjid saat jumatan, lihat dan simak khutbah-khutbah para khatib, sesekali deteksi, ada gak penyimpangan dan ajakan provokasi. Ini harus terlaporkan dengan baik, agar bisa ditanggulangi sebaik mungkin. "Banyak titik merah, bukan lagi di sinyalir tapi memang ada aliran, golongan atau sekelompok yang salah dan menyimpang dalam beragama, maka penyuluh tiap desa dan kecamatan harus aktif, " Serunya.

Apalagi tambah Kepala Kemenag, program kedepan begitu banyak untuk mewujudkan kampung-kampung santri di setiap Kecamatan. Ini tujuannya apa? Salah satunya untuk membentengi umat agar bisa moderasi dalam beragama. "Kemenag berkurban, Kemenag bershodaqoh, Kemenag mengaji semuanya sudah jalan, termasuk tujuan kampung santri, esensinya harus kita realisasikan bersama, " Pungkasnya. 

Hadir dalam kesempatan Pembinaan Pegawai KUA di Lemahabang tersebut, para penyuluh agama PNS dan non PNS serta kepala KUA dari Kecamatan Lemahabang, Tempuran, Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan, Tirtamulya dan Banyusari. (Rud)