PELITAKARAWANG.COM - Stunting masih jadi 'pekerjaan rumah' bagi banyak orang. Salah satu cara untuk mencegah stunting adalah dengan mencegah anemia pada ibu hamil.

"Ibu hamil anemia [berisiko] melahirkan bayi stunting dan angka kematian ibu yang tinggi," ujar Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dhian Probhoyekti di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (14/1).

Anemia sendiri merupakan kondisi tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau saat sel darah merah tak berfungsi normal. Sel darah merah memiliki bagian utama, yakni hemoglobin (Hb) untuk mengikat oksigen.



Pada ibu hamil, kadar hemoglobin tubuh lebih rendah daripada mereka yang tidak dalam kondisi hamil. Meski terbilang normal, ibu hamil tetap memerlukan pasokan hemoglobin tinggi. Dalam kondisi hamil, ibu memerlukan asupan tiga nutrisi pembentuk hemoglobin yakni zat besi, vitamin B12 dan asam folat.

Sayangnya, data dari Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) dan Riskesdas 2018 mencatat, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia atau setara dengan 5 dari 10 ibu hami.

"Sebenarnya ada program pemberian tablet tambah darah [untuk mengatasi anemia pada ibu hamil], tapi tidak dijalankan sesuai prosedur," imbuh Dhian.

Selama masa kehamilan, ibu hamil sendiri paling tidak mengonsumsi 90 butir tablet tambah darah atau lebih.

Perbaikan sistem

Dari sekian banyak ibu hamil, dilaporkan hanya 38,1 persen yang patuh mengonsumsi tablet tambah darah. Perkaranya bukan pada pasokan suplemen, melainkan tingkat kepatuhan dan kesadaran masyarakat mengenai pemenuhan nutrisi yang rendah.



Untuk itu, melalui program Micronutrient Supplementation for Reducing Mortality and Morbidity (MITRA), Nutrition International (NI) bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, Australia dan Kanada, menekan angka anemia pada ibu hamil. Program dilaksanakan sejak Agustus 2015 di 20 kabupaten yang tersebar di provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Program ini merupakan program suplementasi zat gizi mikro terintegrasi yang berkontribusi untuk menurunkan anemia pada ibu hamil. Dua provinsi dipilih sebab angka stunting yang tinggi. Di NTT, terdapat 42,6 persen kasus dan berpredikat sebagai daerah tertinggi stunting. Sedangkan Jatim sebanyak 32,8 persen.

"Data di 2019 menyebut, kasus stunting nasional sebanyak 27,3 persen. Besaran kasus keduanya di atas angka stunting nasional," ucap Dhian.

Beragam kegiatan dilakukan mulai dari peningkatan kapasitas, advokasi, penguatan manajemen program, monitoring evaluasi dalam pemberian TTD, pemberian vitamin A hingga pemberian zinc pada penderita diare.



Sri Kusyuniati, Country Director Nutrition International menuturkan, organisasi lebih banyak mengambil peran 'filling the gaps'. Dirinya berpendapat, pemerintah Indonesia tidak menemui kesulitan dalam hal anggaran penyediaan obat dan vitamin. Namun ada 'gap' yang masih kosong dan perlu diisi sehingga NI turut bergerak bekerja sama.

Beragam inovasi dilakukan termasuk yang dilakukan di Kabupaten Bangkalan, Jatim. Tenaga kesehatan diberi bekal cukup sehingga bisa memberikan konseling pada ibu hamil demi meningkatkan cakupan TTD.

Dimulai di dua provinsi, harapannya program ini bisa jadi pembelajaran di daerah lain. Tentu dengan catatan, disesuaikan dengan kearifan lokal.

"Saat ini, bisa replikasi [program] yang sudah ada. Ini bahan-bahannya siap, misalnya modul training, trainer di tingkat provinsi ada dan siap," imbuhnya.(cnn)