PELITAKARAWANG.COM-.Banjir terjadi di berbagai titik lokasi dan mengepung perkotaan Indramayu, Senin (24/2). Selain hujan lebat yang turun berjam-jam, banjir juga disebabkan buruknya drainase dan air pasang laut (rob).

Berdasarkan pantauan, hujan mulai mengguyur sejak Senin (24/2) sekitar pukul 01.30 WIB dengan intensitas ringan hingga sedang. Intensitas hujan lebat mulai terjadi sejak Subuh dan baru mulai reda sekitar pukul 10.00 WIB hingga menimbulkan banjir di berbagai titik lokasi.

Banjir di antaranya menggenangi berbagai ruas jalan protokol, seperti Jalan DI Panjaitan, Jalan Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Suprapto, Jalan Yos Sudarso maupun kawasan Sport Center. Banjir tersebut membuat sejumlah kendaraan sepeda motor milik warga yang memaksa untuk melintas menjadi mogok.

Selain jalan raya, banjir juga merendam sejumlah perumahan warga, di antaranya Perumahan Margalaksana, Marga Mekar dan Graha Sindang. Ketinggian banjir yang menggenangi ratusan rumah warga di perumahan tersebut bervariasi antara 30 – 40 centimeter.

‘’Saluran air dari perumahan tidak berfungsi normal. Ditambah adanya perumahan baru yang belum menyiapkan saluran pembuang, jadi airnya masuk ke sini karena posisinya lebih rendah,’’ keluh seorang warga Perumahan Margalaksana, Dedy.

Banjir juga dilaporkan sempat menggenangi selasar RSUD Indramayu dengan ketinggian sekitar 20 sentimeter. Meski demikian, banjir hanya mengganggu kenyamanan keluarga pasien dan pengunjung, sedangkan para pasien tetap aman.

Tak hanya itu, banjir juga merendam sejumlah sekolah, di antaranya SMPN 2 Sindang. Pihak sekolah  pun terpaksa memulangkan para siswanya. ‘’Banjirnya selutut,’’ kata seorang siswa SMPN 2 Sindang, Ehan.

Sejumlah perkantoran pun tak luput dari genangan banjir, termasuk Kantor BPBD Indramayu. Banjir merendam kantor itu dengan ketinggian 30 - 50 sentimeter. Meski demikian, aktivitas di perkantoran tersebut tetap berjalan normal.

Kasi Rekonstruksi BPBD Kabupaten Indramayu, Caya, menjelaskan, peristiwa banjir memiliki rumus  P = Q, dimana P itu adalah hujan. Sedangkan Q merupakan berbagai faktor, seperti daerah resapan, dimensi saluran, daerah pengalirannya maupun sedimentasi.

‘’Kalau P-nya lebih besar dari Q, pasti terjadi banjir. Jadi yang harus diupayakan adalah Q-nya, itu harus diperbaiki,’’ tegas Caya.

Caya menilai, yang paling mendesak untuk diperbaiki saat ini adalah soal drainase dan daerah resapan. Menurutnya, daerah resapan, yang dulunya berupa sawah, kini banyak yang berubah menjadi perumahan tanpa memperhatikan konsep konservasi.

Caya menjelaskan, semestinya perbandingan antara resapan dan daerah yang terbangun adalah 40:60. Namun nyatanya, daerah resapan saat ini sangat minim.

‘’Mestinya secara alamiah air meresap ke dalam tanah. Tapi karena tanahnya tertutup material keras, air jadi tidak bisa meresap ke dalam tanah,’’ terang Caya.



Caya mengungkapkan, selain hujan yang lebat, kondisi itu diperparah dengan air laut yang kini sedang mengalami pasang (rob). Akibatnya, air dari daratan tidak bisa terbuang dengan cepat karena laut sedang mengalami rob. ‘’Air kan muaranya ke laut, tapi lautnya sedang rob. Jadi aliran air dari darat terhambat,’’ tutur Caya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Indramayu, Edi Kusdiana, menambahkan, pihaknya juga terus memantau pintu air Sungai Cimanuk yang ada di wilayah Bangkir. Untuk sementara waktu ini, ketinggian air masih tergolong aman.

‘’Ketinggian air masih kurang dari empat meter. Kalau siaga waspada itu lebih dari ketinggian 4,5 meter,’’ terang Edi. Meski demikian, dia meminta warga untuk tetap waspada karena curah hujan tinggi diprediksi masih akan terjadi selama beberapa hari ke depan.

Hingga berita ini diturunkan, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih mengguyur wilayah perkotaan Indramayu sepanjang siang hingga sore hari ini.***ROL