Berbagai ancaman penggusuran terhadap pembangunan warung remang-remang di sepanjang jalan walahar nampaknya tidak membuat sejumlah pemilik warung takut.
Pasalnya dari setiap pembangunan rumah atau tempat usaha di lokasi tersebut dikabarkan pemilik sudah mendapatkan izin dari tanah pengairan Perum Jasa Titrta (PJT) II Bendungan Walahar. Hebatnya dalam satu tahun uang sewa yang diberikan masyarakat pemilik usaha remang-remang tersebut cukup tinggi.
Seperti yang diungkapkan warga berinisial EI, salah satu pemilik usaha warung di sekitar lokasi tanah PJT II Walahar tersebut mengaku selalu rutin memberikan uang sewa kepada pihak PJT II Walahar setiap tahunnya. Bahkan uang yang diberikanpun kata dia lumayan cukup tinggi sampai mencapai 10 juta pertahunnya. Maka tak heran jika dirinya merasa tidak takut ketika banyak masyarakat maupun ancaman dari pihak lainnya.
” Saya bayar kok tinggal disini juga, setahun 10 juta ke PJT II Walahar,” akunya saat berbincang.
Dia juga menjelaskan bahwa setelah memberikan uang sewa sebesar 10 juta pertahunnya, dirinya sudah memiliki izin pembangunan yang diberikan oleh PJT II Walahar. Dengan mengantongi izin tersebut justru dia bersama pemilik warung usaha lainnya tidak pernah takut untuk diusir.
” Kita punya izinnya kok, kenapa harus takut,” ungkapnya.
Perempuan yang sudah lama tinggal di lokasi tanah PJT II Walahar tersebut juga mengaku tidak menutup mata bahwa kebanyakan usaha yang dimiliki oleh pemilik warung di sepanjang lokasi bendungan walahar tersebut memilik usaha lainnya, yaitu membuka usaha tempat hiburan seperti karokean dan rumah makan. Bahkan kata dia untuk menikmati suasana malam nan indah dihiasi dengan berbagai pelayanan hiburan lainnya seperti wanita penghibur.
”Kalau mau karoke disini mah banyak, ada pelayanannya juga, masa warga karawang sendiri tidak tahu disini tempat apa,” tuturnya.
Dia juga bercerita bahwa selama ini kebanyakan masyarakat cikarang yang berkunjung ke lokasi tersebut untuk sekedar mendapatkan hiburan dan pelayanan dari wanita yang bekerja di sebuah rumah makan itu. Tidak mahal untuk mendapatkan fasilitas hiburanpun cukup murah.
” Murah kok, tidak bakal mahal ini, ya namanya juga warung di samping jalan,” ucapnya.
Saat sampai dilokasi rumah makannya pemandangan berupa tempat makan dihiasi dengan hiburan seperti karoke dan pekerja di rumah tersebut nampak tengah beristrahat sambil menikmati makan siangnya. Berbagai cara terus dilakukan untuk mendapatkan informasi tarif pelayanan perempuan malam di rumah makan berkedok warung itu.
Namun butuh biaya untuk bisa berbincang dengan pekerja di lokasi makan.
Sementara saat berkunjung ke kantor PJT II Walahar untuk mempertanyakan perihal sewa tanah pemerintah tersebut kepala PJT II Walahar, Syarifudin tidak bisa bertemu dikarenakan tengah sibuk.
” Pak syarifnya lagi sibuk, mungkin lain kali aja,” ucap salah satu petugas kemanan di kantor PJT.**ts