PELITAKARAWANG.COM - Game online berbayar buatan asing seperti Player Unknown's Battlegrounds (PUBG), hingga Mobile Legends disebut bisa merugikan negara hingga triliunan rupiah. Hal itu diungkapkan oleh Mirza Adityaswara saat menjabat Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI).

Mirza pernah mengatakan, gim berbayar milik asing tersebut bisa membuat neraca pembayaran Indonesia (NPI) defisit. Sebab, tiap transaksi pembelian gim tersebut akan membawa aliran uang dari Indonesia keluar.



"Kalau main game itu keliatan nggak di neraca pembayaran Indonesia? Mudah-mudahan kelihatan. Yang pasti itu uang Indonesia yang keluar," kata Mirza saat menjabat Deputi Gubernur Senior BI pada awal 2019.


Harga gim yang dijual secara online mungkin memang tidak terlalu mahal. Mirza mencontohkan harga gim di kisaran US$ 0,5 alias setengah dolar AS. Namun yang perlu diingat, berapa banyak orang yang melakukan pembelian gim yang diproduksi oleh negara lain itu.


Jika yang mengunduh gim berbayar itu mencapai jutaan orang, tentu secara total jumlahnya tidak sedikit uang yang mengalir ke luar negeri.

"Untuk gamenya setengah dolar, tapi kalau yang main 2 juta orang, ya itu uang keluar untuk games itu," paparnya.



Terkait hal tersebut, diharapkan gim-gim buatan anak bangsa bisa diproduksi sehingga Indonesia tak bergantung pada gim buatan asing.

"Bisa nggak kita bikin game Indonesia, teman-teman di ITB, ITS, UGM buat game yang diproduksi anak-anak Indonesia. Jadi kalau itu bisa maka perlu skill, kalau mau lompat ke situ perlu skill," tambahnya.

Sebagai informasi saja, neraca pembayaran Indonesia sepanjang 2018 tercatat mengalami defisit US$ 7,1 miliar. Padahal dari data Bank Indonesia (BI) periode 2017 NPI mencatatkan surplus US$ 11,6 miliar.

Sejak 2015, NPI sudah defisit sebanyak 2 kali. Yakni pada 2015 NPI defisit sebesar US$ 1,1 miliar. Penyebab defisitnya NPI terjadi karena defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi dibanding surplus transaksi modal dan finansial.



detikfinance