Rumpun padi telah menguning, menghampar seluas padang. Malainya menjulang dengan bulir-bulir padi montok yang berayun oleh tiupan angin. Memapaki musim panen ini, para petani di Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat turun ke sawah dengan caping di kepala dan masker kain menutup hidung serta mulut. Dengan cekatan, mereka beramai-ramai memotong batang padi yang telah menguning. Di beberapa tempat, panen dilakukan dengan traktor.(09/4).
Pandemi tak bisa menghambat langkah petani. Masker tak pula meredam derai tawa dan canda ria mereka. Bumi Haurgeulis, Gantar, Losarang, dan sekitarnya tersenyum menyambut panen raya ini. Hasilnya bagus. Hama penyakit menjauh, dan air irigasi terjamin. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu Takmid mengatakan, produktivitas meningkat dan harga gabah di tingkat petani terjaga Rp5.300 per kg. Harga yang pantas untuk gabah kering panen.
Pada musim panen rendengan (musim hujan) Maret 2020, Kabupaten Indramayu membukukan area panen seluas 10.573 ha, setelah Maret lalu tercatat 3.677 ha. Masih ada sisa untuk panen Mei nanti. Tak hanya di Indramayu petik padi berlangsung. Panen raya padi musim basah ini juga terjadi di berbagai daerah, yang mengikuti pola musim hujan monsoonal, mulai dari Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa, Bali, dan sebagian Kalimantan-Sulawesi. Semuanya, di 32 provinsi. Wabah corona tak menghalangi panen raya.
Kementerian Pertanian memperkirakan panen raya pada April 2020 ini mencakup areal sawah seluas 1,73 juta hektar (ha) secara nasional. Hasilnya, sekitar 5,27 juta ton setara beras. “Panen raya akan berlangsung sampai Mei,” kata Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi, saat video conference dengan wartawan di Jakarta, Selasa (7/4/2020). Panen bulan Mei itu cakupannya 1,38 juta ha dengan produksi beras 3,81 juta ton. Tugas pemerintah ialah menjaga stabilitas harga.
Jaun hari sebelumnya, pemerintah telah menyiapkan perhitungan perkiraan atas luasan panen padi tersebut. Langkah itu dilakukan dengan mengikuti pola spasial sebaran sawah, hasil survei BPS, dan diikuti dengan pemantauan melalui 720 foto panen open camera dan 113 video dari 166 kabupaten di 32 provinsi.  Hasil pemantauan itu terkonfirmasi oleh adanya panen raya di beberapa daerah.
Pemantauan tak hanya dilakukan secara visual. Ada pula monitoring pasar. Musim panen biasanya dicirikan oleh turunnya harga gabah. Pada Maret lalu, harga gabah Rp4.760/kg. Bahkan di beberapa daerah harganya ada yang terpeleset di bawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah). Pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2020  ditetapkan HPP untuk gabah kering panen (GKP) dengan kadar air 19% di tingkat petani Rp4.200/kg dan di penggilingan Rp4.250/kg.
Untuk gabah kering giling (GKG) kadar air 14% ditetapkan Rp5.250/kg di lokasi penggilingan dan Rp5.300/kg di gudang Perum Bulog. Untuk harga beras di gudang Bulog ditetapkan harga dasarnya Rp 8.300/kg. Ada kenaikan beberapa persen di semua kategori dalam permendag terbaru itu. Kenaikan harga dasar itu seiring dengan kebijakan Kementerian Pertanian yang ingin menjaga harga gabah dan beras petani pada tingkat yang pantas.
Strategi baru pun digelar oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dengan memberdayakan para pengelola penggilingan padi, yang telah mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR) berbunga rendah, ikut menjadi pedagang pengumpul. Syaratnya, mereka membeli gabah dengan harga sama atau di atas HPP. Pemerintah akan membantu mereka terkoneksi dengan jaringan pemasaran online.
Langkah inovatif itu dikemas lewat program Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling). “Kita harapkan dengan KUR ini, penggilingan mempunyai modal cukup untuk ikut membeli gabah petani,” kata Suwandi, Dirjen Tanaman Pangan di Kementerian Pertanian (Kementan).
Data Ditjen Tanaman Pangan menunjukkan, realiasasi KUR sejak Januari hingga 3 April sudah mencapai Rp2,9 triliun, dari Rp4 triliun yang dialokasikan. Lebih dari 75 persen KUR telah terserap. Artinya, KUR sangat diminati pelaku di usaha pertanian, termasuk usaha pascapanen, penggilingan padi.
Pembiayaan memang menjadi kendala klasik bagi petani pada umumnya, baik itu petani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternak. Mau pinjam modal ke bank, terbentur masalah agunan, juga angsuran yang mahal akibat bunga tinggi. Oleh karena itulah KUR dikucurkan tanpa agunan dan bunganya rendah.
KUR yang dicurahkan ke Kementan saat ini Rp50 triliun. Alokasinya dibagi ke BNI Rp20 triliun, ke BRI Rp20 triliun, dan Rp10 triliun lainnya lewat ke Bank Mandiri. Tahun ini suku bunga KUR turun menjadi 6% per tahun, sebelumnya 7% sampai 8%.
Kementan menyebutkan, per 20 Maret 2019, serapan KUR mencapai Rp10,2 triliun. Serapan tertinggi terjadi di Jawa Timur yang mencapai Rp2,4 triliun. Disusul Jawa tengah Rp1,7 triliun, Sulawesi Selatan  Rp777 miliar, Lampung  Rp597 miliar, dan Jawa Barat Rp502 miliar.
Dari total Rp10,2 triliun ini tersalurkan untuk berbagai sektor. Di antaranya tanaman pangan Rp2,9 triliun, perkebunan Rp3,1 triliun, hortikultura Rp1,2 triliun, peternakan Rp2 triliun, jasa pertanian Rp183 miliar, kombinasi pertanian Rp552 miliar, dan tanaman hias Rp16 miliar.
Perbedaan KUR petani dengan lainnya adalah kredit yang dikeluarkan bukan dalam bentuk uang, tapi berbentuk sarana produksi pertanian. Itu sebabnya, dalam KUR ini dinas di daerah dan bank sudah bekerja sama dengan para off-taker yang dibutuhkan para petani. Off-taker yang dimaksud adalah penyalur pupuk, benih, bahkan hingga alat dan mesin pertanian (alsintan).
Namun Kementerian Pertanian kini tak lagi menggelontorkan dalam bentuk alsintan. “Kalau harus bagi-bagi traktor, berapa yang harus pemerintah bagi dan sampai kapan dibagi? Kalau rusak sedikit sudah jadi barang bekas, karena petani tidak bisa memperbaikinya,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Menteri Pertanian berharap, ke depannya, terkait pengadaan alsintan, petani bisa melakukan sendiri tanpa bantuan pemerintah. Menurutnya, pemerintah hanya membantu kemudahan akses kredit. Pemerintah, kata Syahrul Yasin Limpo, sudah menyiapkan anggaran sebanyak Rp50 triliun untuk mensubsidi bunga KUR. Bagi petani yang ingin memanfaatkan KUR untuk modal, nanti bisa melalui kelompok tani yang berkoordinasi dengan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani).
 Data  Ditjen PSP (Prasarana dan Sarana Pertanian) mencatat, antara 2015-2019 pemerintah telah memberikan bantuan alsintan sekitar 720.000 unit. Ada kenaikan hampir 500% dalam periode itu. Alsintan tersebut berupa rice transplanter, combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor, serta pompa air.
 Secara rinci, pada 2015 bantuan alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 naik menjadi 148.832 unit. Sedangkan pada 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada 2018 sebanyak 112.525 unit. Tahun 2019, Kementan mengalokasikan alsintan sebanyak 50.000 unit.
Alsintan tersebut berupa traktor roda dua (20.000 unit), traktor roda empat (3.000 unit), pompa air (20.000 unit), rice transplanter (2.000 unit), cultivator (4.970 unit), dan excavator (30 unit). Bantuan alsintan itu merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Tak hanya urusan produksi, pemerintah juga siap membantu pemasaran hasil pertanian. Kementan lewat program Kostraling menjalin kerja sama pemasaran online, menjual beras langsung pada masyarakat. Selain itu, pemerintah juga sedang merancang subsidi untuk penggilingan jika harga gabah turun di bawah HPP.
Di Toko Tani Indonesia (TTI) Center, milik Badan Ketahanan Pangan, sudah ada program bantuan ongkos kirim untuk gabungan kelompok tani (gapoktan) padi. Ini terkait program stabilisasi harga. Bentuk subsidinya adalah  bantuan benih gratis, sehingga petani yang tergabung dalam gapoktan bisa langsung mengejar musim tanam pada April ini, saat masih ada hujan. Hal itu dilakukan untuk mencegah losses (kehilangan panen) juga sudah ada bantuan pascapanen, termasuk untuk rice milling unit.
Hingga Desember 2019, TTI berjumlah lebih dari 5.051 yang tersebar di 32 provinsi. Konsep utama Toko Tani Indonesia adalah menjamin harga pembelian dengan mempertimbangkan keuntungan petani yang wajar dan harga eceran terjangkau di masyarakat. TTI merupakan bagian dari upaya membenahi struktur dan rantai pasok pangan di Indonesia.
Dengan pendekatan tersebut, rantai pasok dipangkas hanya menjadi tiga tahap sehingga diharapkan akan mampu membentuk struktur pasar yang baru. Toko Tani Indonesia (TTI) melakukan perubahan struktur pasar baru, dengan tetap menjaga keseimbangan antara produsen, pedagang, dan konsumen. Kehadiran TTI diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan dan meredam harga, sehingga harga pangan stabil.
Beberapa waktu lalu Kementan dan Gojek resmi menjalin kerja sama berbentuk penyedia barang dan jasa. Kerja sama ini merupakan inovasi Kementan dalam membantu menyediakan kebutuhan sehari-hari selama mengikuti kebijakan pemerintah pusat, terkait penyebaran virus penyebab Covid 19.
Sekarang sudah ada sekitar 11 bahan pokok yang dijual di TTIC dengan layanan belanja online. Adapun sebelas komoditas pangan yang dimaksud adalah beras, daging ayam, daging sapi, telur, minyak goreng, gula pasir, cabai merah keriting, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.
Syahrul Yasin Limpo meminta pengemudi Gojek menjadi garda terdepan dalam melawan penyebaran Covid 19 di Indonesia. Menurut Syahrul, peranan Gojek sangat penting, terutama dalam mengantar dan menjemput kebutuhan bahan pokok masyarakat di pasar mitra tani Kementerian Pertanian yang ada di seluruh Indonesia. Pengemudi Gojek diharapkan selalu bersih, rajin cuci tangan, dan mengenakan masker.
"Paling tidak ojek online bisa menjadi bagian dalam mempersiapkan sebelas kebutuhan bahan pokok. Yang paling penting ada beras, ada telur ada minyak dan ada gula. Kalau begitu, besok rakyat tidak perlu keluar rumah lagi karena tinggal telepon Gojek Barangnya sudah ada di rumah," katanya.
Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan aman di tengah pandemi Covid-19 saat ini.**red