Mayoritas pengidap Covid-19 di Rumah Sakit Karawang, berlatar belakang pejabat mau pun warga dengan kategori menengah atas. Ya, di Rumah Sakit Hermina Karawang, ada seorang janda yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang soto. 

Ibu yang menghidupi empat anaknya ini, tidak pernah menyangka bahwa dirinya di vonis positif virus yang banyak di hindari orang. 

Berbeda dengan pasien dengan latar belakang pejabat dan warga menengah atas sebayanya yang dikarantina di rumah sakit, ibu bernama Sri Dewi asal Sungai Buntu Kecamatan Pedes ini, tidak ada seorangpun yang berkirim makanan, buah-buahan maupun multivitamin, melainkan jatah makanan dari Rumah Sakit yang ditanggung pemerintah. 

Kisah ini di ceritakan langsung Kabid Dalduk & Data  DPPKB Karawang, Imam Al Husyaeri saat Video Call bersama Pasien Sri Dewi yang kebetulan satu rumah sakit .

Imam berkisah, bahwa Sri Dewi ini punya empat anak, tiga diantaranya berada Pulau Bangka tempat tinggal almarhum suaminya, sementara satu anaknya tinggal bersamanya di kontrakan, tak jauh dari Bioskop Karawang Teater Jln Tuparev. 

Sehari-hari, sebut Imam, dia usaha menghidupi anaknya sebagai pedagang soto, sampai akhirnya ia terhenti dari usaha satu-sarunya tersebut karena di vonis positif Covid-19. "Dalam kesendiriannya saat Karantina, tidak ada seorangpun yang berkirim sekedar makanan, buah-buahan apalagi multi vitamin, karena yang dia makan sekedar jatah pasien covid19 yang ditanggung pemerintah, " Kata Imam mengisahkan, Senin (13/4).

Sejak masuk karantina hingga nyaris seminggu ini, sambungnya, dia hanya mengenakan satu-satunya daster yang dia pakai. Tadi siang, Alhamdulilah dirinya dan beberapa dermawan bisa memberikan 4-5 daster baru dan bekas layak pakai, celana panjang, sedikit pembalut, dan madu apotik. 

Namun, Ibu Sri Dewi namoak masih butuh pakaian dalam dan keperluan lain seperti mukena/sajadah dan kain. Ibu Sri Dewi, kabarnya juga sudah ada beberapa yang  memberi, walau masing-masing satu lembar tapi dirasa cukup baginya. "Saya dan beberapa rekan, sedikit membantu pakaian layak pakai kepada pasien selama karantina, "katanya.

Hanya saja, sambung Imam, yang urgen di butuhkannya, justru masa depan, bekal kelak seusai karantina kalau Allah SWT menakdirkannya sembuh. Nasib tagihan rumah kontrak yang dia tinggalkan, dan modal kembali berjualan soto, menjadi pemikiran lain ibu empat anak tersebut. 

Alhamdulillah, kabar terakhir, Bupati dr Cellica Nurachadiana sudah turun tangan untuk ikut serta membantu menanggung biaya dan kebutuhan ibu Sri Dewi. "Ini Realita, bukan fiksi. Bila berkenan dan yakin, silakan bantu melalui kami. Bekal uang lebih baik buat dia kembali berusaha dengan soto nya. Semoga Allah membalas kebaikan kita, " Ajaknya. (Rd)

Catatan : Berita ini seizin orang dalam kisah ini.