Kabar teranyar malam ini tersadap dari sejumlah orang yang dilibatkan dalam Pokja Pertamina atau Team Kabupaten Karawang,mereka adalah orang-orang yang urus kemitraan atau realisasi lapangan dengan pihak Pertamina misal perkara pengadaan data dan lainnya.(19/6/2020).

Salah satu dari keluhan adalah tentang minimnya honorium dan keterlambatan pembayaran bagi mereka.Misalnya,sudah berkerja lama dalam beberapa bulan terakhir tapi honornya ternyata malah dihutang oleh pihak Pertamina.

Pengakuan itu datang dari seseorang yang memiliki peran sangat penting dalam Team Kabupaten termasuk orang mempunyai beban berat dalam pemulihan dan pembayaran kompensasi bagi warga Karawang.

Saya selaku Team Kabupaten itu ga mikirin uang honor sejatinya,terpenting pihak Pertamina segera bisa membereskan pemulihan ekosistem dan secepatnya pembayaran untuk kompensasi kepada warga terdampak,sebut narasumber.

Saya bila neken alias tanda tangani untuk honor ga terhitung berapa lembar kertas namun faktanya antara resiko kerja dan dana yang diterima tak sebanding. Saya bukan mengecilkan milik dari Pertamina tapi mengherankan saja. Terlebih honor dibayar pertiga bulan sekali,dan untuk sisanya yang sudah dijalani,alhamdulillah masih nanti kata perwakilan Pertamina,tandasnya.

Apakah honorer bapak sebagai Team Kabupaten dengan resiko sangat besar,itu sudah sepadan atau diatas UMR Karawang dibayar pihak Pertamina,tanya Pelita Karawang kepada narasumber.

Tadi saya bilang,ungkap dia,untuk honorium tidak terlalu dipikirkan walau neken kertas buat honor seabreg juga tapi sekarang perkaranya sudah berbeda karena resiko makin besar dan tuntutan warga sangat dahsyat itu yang membuat "rungsing". 

Saya yakin banyak orang atau publik beranggapan kami sebagai Team Kabupaten akan mendapatkan honorer gede.Faktanya,boro-boro UMK/R karena yang jelas adalah jauh sangat dari UMK Karawang,tandas narasumber dengan blak-blakan.

Sebelumnya,seorang Team Kabupaten juga mengeluhkan hal serupa dan  yang bersangkutan pun idem dengan narasumber diatas,tak mementingkan honor tapi terealisasinya kompensasi Pertamina untuk warga terdampak tumpahan minyak.
Foto Istimewa : Saat Ridwan Kamil,Bupati & DPRD Karawang juga pihak Pertamina melihat Tumpahan minyak di Utara Karawang

Saya mengerti yang dikeluhkan warga terdampak,bahkan sangat dipahami ketika blak-blakan ke media masa tentang faktual lapangan,tambah narasumber.

Untuk pencocokan data atau "tektek berikut bengek" yang diminta pihak Pertamina demi terbayar kompensasi sudah dikerjakan siang malam demi rakyat tak gaduh dan ga menduga-duga bahwa saya misalnya main mata dengan Pertamina. Ga ada itu,yang jelas saya mendukung langkah warga namun tetap harus bersabar semoga saja kompensasi segera dibayarkan,harap narasumber.

Cuma perlu diketahui saja,bahwa pihak Team Kabupaten yang urus kompensasi adalah selalu pro rakyat dan ga ada itu pihak kami kemasukan angin.Semua demi rakyat,kami juga merasakan apa yang ada dihati dan pikiran rakyat ditengah wabah pandemi.Insya Allah,saya secara pribadi akan terus mendesak Pertamina agar cepat membayar kompensasi buat warga terdampak,pungkasnya.


Kabar ini diturunkan,orang yang dianggap paling bertanggungjawab terkait pembayaran kompensasi yaitu Vice President (VP) Relations PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE-ONWJ),Ifki Sukarya,belum menjawab langkah konpirmasi kepadanya dari Redaksi Pelita Karawang.

Kabar lawasnya seperti ini

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta Pertamina menyelesaikan penanganan tumpahan minyak sumur YYA1 area Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) dalam 10 hingga 14 hari ke depan.

"Dalam 10 sampai 14 hari insya Allah selesai, jadi warga tidak usah khawatir," kata Ridwan Kamil, usai meninjau lokasi terdampak tumpahan minyak di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Rabu (7/8/219).

Saat ini,kata dia,tengah dilakukan pengeboran rescue untuk menyumbat sumur minyak yang tumpah, dengan progres 30 persen.

Pertamina telah menggandeng perusahaan Amerika yang berpengalaman menangani insiden tumpahan minyak di Teluk Meksiko.

"Mereka saat ini sudah bekerja," ujar dia. Meski butuh waktu lebih lama, Pertamina menyanggupi tantangan Ridwan Kamil itu. "Tadi Pak Gubernur minta selesai 10-14 hari. Tapi prediksi kami, bisa selesai sampai 8 hingga 10 minggu. Insya Allah kami sanggup, mohon doanya," kata Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf. 

Untuk menanggulangi pencemaran minyak di perairan Karawang, Pertamina bakal menutup sumur YYA-1.Sebab,dari sumur yang digali tahun 2011 itu, muncul gelembung gas disertai tumpahan minyak mentah dan mencemari lautan. Untuk menghentikan semburan minyak, Pertamina menggandeng Boot and Coots, perusahaan asal Houston, Amerika Serikat.

"Mereka menggali sumur baru. Jaraknya 2 kilometer dari sumur YYA-1. Saat di kedalaman 3.000 meter, sumur baru berbelok menuju sumur lama (YYA-1). Begitu dua sumur bertemu, kami injeksikan lumpur berat hingga semen untuk menghentikan kebocoran. Sampai tidak ada aliran (minyak) lagi," ungkap Nanang.



Nanang menyebut,metode tersebut sebagai satu-satunya yang bakal ditempuh,lantaran tak ada cara lain yang dinilai lebih aman."Kalau menutup sumur dari atas, tidak aman. Jika ada percikan kemudian terbakar nyawa manusia bisa hilang. Sebab ini sumur minyak, bukan sumur biasa," kata Nanang. Nanang mengatakan, saat ini, ahli dari Boot and Coots sudah mulai bekerja.

Hanya saja, soal biaya yang dikeluarkan untuk membayar perusahaan itu, ia tak bersedia menjawab."Saya tidak tahu bayar berapa. Kalau sudah emergency gini kami tidak pikirkan biaya. Yang jelas,Boot and Coots itu ahli dalam memadamkan kondisi semacam ini, oil spill atau blow up," kata dia.

Catatan: Narasumber yang menceritakan bab honorium belum dibayarkan selama dua bulan, untuk data diri lengkapnya ada di redaksi Pelita Karawang.**red