Banyak aturan dan banyak edaran yang datang dari pusat, provinis sampai daerah, membuat bingung pemangku kebijakan dilapangan. Seperti adanya larangan tatap muka tahun ajaran baru di wilayah zona kuning Covid-19 hingga pengaturan tatap muka di zona hijau. Padahal, orangtua/wali murid sudah berharap banyak agar tahun ajaran baru bisa di mulai dengan tatap muka serentak bulan Juli, betapapun hanya seminggu dua kali.

"Sehebat apapun orangtua, mau dia insinyur, doktor dan profesor tetap sulit jadi guru yang baik ketika harus belajar dari rumah. Bagaimana kalau orangtuanya rendah SDM ? Siapa yang Sudi mendidik pelajaran, " Kata orangtua murid SD di Karawang Timur, Hasan, Jumat (19/6).

Menurutnya, pemerintah harus bisa membuka celah belajar tatap muka, betapapun di batasi durasi dan pengurangan jumlah rombongan belajar dalam satu kelas. Yang terpenting baginya, sebut Hasan, anaknya bisa sekolah walaupun misalnya seminggu dua kali. Sebab, sistem daring, edukasi di televisi sampai teknologi lainnya, sama sekali blenk lebih banyak tidak dilakukan para guru pada siswanya. Untuk itu, Pemkab Karawang, harus kiranya membuat formulasi, agar sekolah bisa tatap muka dengan pembatasan ketat kalau memang masih khawatir Covid-19. "Buka celah sekolah tatap muka, lagi pula anjuran dari pusat dan provinsi itu tidak ada sanksi pidana kok, " Geramnya.


Koorwilcambidik Kecamatan Karawang Timur, H Udin Mahpudin mengarakan, pendidikan bukan saja tanggungjawab guru dan lingkungan, tetapi juga keluarga atau orang tua. Maka, di musim pandemi semacam inilah sebenarnya, peran serta orang tua jadi seorang guru. Soal tatap muka, memang sebelumnya sudah di formulasikan dengan segudang aturan, seperti durasi jam belajar hanya 90 menit bagi kelas bawah (1,2 dan 3) dengan batasan siswa maksimal 20 orang per kelas, kemudian menggunakan sistem lock down, dimana guru mengajar dilarang pindah ke kelas lainnya. Tambahan lainnya, adalah guru dan siswa sampai orangtua, wajib membuat pernyataan pribadi bebas Covid-19 atau sehat untuk meyakinkan dan menguatkan pembelajaran normal. Tidak hanya itu, oramgtua yang sensitif tetap tidak mau tatap muka karena khawatir penyebaran Covid-19, maka tidak ada paksaan dan boleh belajar dari rumah. Tapi sayangnya, muncul larangan tatap muka di bulan Juli oleh Gubernur Jawa Barat, termasuk anjuran zona oleh Mentri Pendidikan Nadiem Makarim. "Tadinya sudah mau ada tatap muka, eh ada larangan lagi. Jadi sampai sekarang belum ada arahan lanjutan, "katanya..(rd)