Masyarakat sedang banyak di suguhi beras-beras bantuan sosial dampak Covid-19, baik dalam bentuk PKH maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) hingga Bantuan Provinis (Banprov). Kondisi peredaran beras bansos yang tinggi di masyarakat, membuat harga beras pasaran di pasar Johar, ikut tergerek di kisaran Rp8,2 - 8,4 ribuan perleternya. Akibatnya, para tengkulak gabah di musim panen kali ini, terpaksa tidak bisa membeli gabah petani dengan harga tinggi. 


"Di pasar Johar harga saja, berasnya terus menurun dengan harga 83/84. Sehingga memberikan efek yang kurang fositif bagi para petani yang sedang panen di lapangan, " Kata Wakil Ketua DPRD Karawang, H Deden Rahmat SP kepada pelitakarawang.com, Jumat (26/6).

Deden menambahkan, para tangkulak gabah tidak bisa membeli gabah petani dengan harga mahal jika hilir berasnya juga murah. Karena saat ini, Harga Gabah Panen (GKP) hanya mampu di beli tangkulak di kisaran Rp4,2 - 4,3 ribu perkilogramnya. Sehingga, kalkulasi tangkulak untuk biaya produksinya dihargai Rp4,7 ribu perkilogramnya, sementara jika di bagi rendemen Rp5,5 ribu, maka beras yang beredar di pasar Johar hanya di hargai Rp8,3 - 8,4 ribuan. Akibatnya, sebut Deden, banyak tangkulak beras memilih pulang karena harga sedikit kurang menguntungkan. "Bansos dengan banyak beras jelas pengaruhi harga beras premium di pasaran, sehingga harga gabah ikut tergerek, " Katanya. 


Maka soulsi agar harga gabah bisa kembali stabil, sambung Deden, adalah dengan menaikan permintaan yang ada di pasar beras, tapi sela covid masih berlangsung dan bansos beras terus mengguyur, maka musim-musim berikutnya harga gabah tetap akan di hargai rendah oleh para tangkulak. "Jadi harus menaikan permintaan yang ada di pasat beras, " Katanya..(rd)