Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sunarso, menjamin bahwa bank dengan likuiditas yang sehat akan tetap menyalurkan kredit kepada nasabah. Ungkapan itu ia lontarkan untuk menjawab pertanyaan peserta diskusi BPP Hipmi tentang kemungkinan perbankan menolak pengajuan kredit di masa pandemi corona.

"Saya ini kan bankir. Kalau ada bank enggak mau menyalurkan kredit, ya tutup saja, karena tandanya bank itu enggak likuid," ujar Sunarso dalam webinar pada Selasa, 16 Juni 2020.

Sunarso berpendapat, keberadaan bank yang tidak bisa menyalurkan kredit akibat likuditasnya terganggu justru akan berdampak terhadap industri lain. Meski, ia mengakui, perbankan memang mengalami penurunan likuiditas dan profitabilitas di masa pandemi.

Kondisi ini terjadi karena adanya penundaan pembayaran bunga dan pokok dari debitur. Namun, Sunarso menekankan, di saat yang sama, bank tetap harus menjaga pertumbuhan kredit, utamanya UMKM. Sebab, 99 persen entitas bisnis di Indonesia merupakan pelaku UMKM dan kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 68 persen.

"UMKM di Indonesia juga menyerap dan mempekerjakan 92 persen tenaga kerja. Jadi memberdayakan dan menjaga sustainability UMKM, itu sama saja menjaga dan menyejahterakan tenaga kerja," katanya.

UMKM yang terdampak pandemi, rencananya memang akan diberikan kredit modal kerja oleh perbankan. Sunarso menjelaskan, pinjaman ini bakal dijamin oleh asuransi kredit dan preminya akan dibayar menggunakan dana APBN. Namun, UMKM yang memperoleh kredit modal tidak boleh melakukan PHK terhadap karyawannya.

Sedangkan dari sisi bank, untuk menjaga likuiditasnya, Sunarso mengatakan telah menyusun strategi dengan utang luar negeri. Menurut dia, saat ini sudah ada 13 bank yang telah berkomitmen membantu perusahaan memberikan dana sebesar US$ 1 miliar.

Kapan saja, kata Sunarso, perusahaan bisa menarik dana itu dengan suku bunga dolar 1,9 persen. "Itu yang saya jadikan cadangan likuditas sehingga kita tetap bisa ekspansi," ucapnya.**Tempo