Hari Krida Pertanian (HKP) Nasional jatuh pada 21 Juni. Tanggal itu, di peringati sebagai hari perayaan terbesar bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang pertanian setiap tahunnya. Semua patut bersyukur, karena ditengah ancaman krisis di musim pandemi, para pemangku pertanian masih terus semangat menghasilkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Sayangnya, upaya dan ikhtiar petani, menjadi lesu ketika harga gabah tak sesuai harapan, parahnya peran pemerintah dalam intervensi harga gabah, belum begitu banyak di rasakan kehadirannya. Seperti yang di alami petani di Karawang, berharap hasil melimpah dengan harga yang jauh melampaui Harga Pokok Pemerintah (HPP), justru suguhan harga rendah menghantui mereka saat musim panen. Bahkan, Tangkulak dan oknum calo, lebih dominan intervensi harga ketimbang hadirnya pemerintah dalam pengendalian harga rendah tersebut. 

"Dimana Bulog yang punya program andalan Serapa Gabah Petani (Sergap) saat harga di bawah HPP? Dimana peran aparat keamanan dalam memberantas calo yang merugikan petani ? Harga rendah diem-diem Bae, " Kata Petani asal Cilamaya Kulon, Syadeli (50). 


Petani Cilamaya Wetan, Soeharto mengatakan, urusan pertanian sangat kompleks, karena pemerintah hanya mendorong untuk menggenjot target produksi tanpa di imbangi bantuan sepadan dengan harapan petani. Sebab, produksi besar kalau harga masih rendah, lantas bagaimana uang permodalan petani bisa berputar? Sementara yang diharapkam adalah pupuk disubsidi dan permodalan dengan memaksimalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kalau pemerintah tidak sanggup beli ganah petani saat harga anjlok, maka seharusnya bikin resi gudang padi dengan sistem gadai, sehingga petani dapat berkompetisi dengan harga pasar. "Petani di sentuh demi penuhi target produksi, tapi belum sebanding dengan bantuan yang diberikan, " Katanya. 

Mekanisasi alat mesin pertanian (Alsintan) dan bantuannya sambung Soeharto, sejauh ini masih menguntungkan oknum pengurus Gapoktan dan belum menyentuh kepada petani lainnya. Bahkan, alsintan yang digelontorkan juga tidak sesuai dengan kearifan lokal pertanian di Karawang, baik traktor, combine, transplenter hingga lainnya. "Mana bantuan alsintan, siapa yang diuntungkan? Apakah betul menyentuh petani ? " tanyanya. (Rd)