Kisah seperti ini bukan kali pertama terjadi di Tanah air dimasa kekininan dan penting kiranya sebagai bahan cerminan agar tidak terjadi kepada kita dan wajib menjauhi perbuatan tak patut ini.


Kisah ada-ada saja seperti dikutip dari JPPN,ada pasangan suami istri dari Surabaya, sebut saja namanya Mukidi dan Karin. Keduanya saling memergoki sehingga masing-masing kaget berujung cekcok.


Mukidi dan Karin bisa dibilang masih muda. Mukidi baru berusia 29 tahun, sedangkan Karin setahun lebih muda. Namun, Mukidi adalah pria kesepian. Kondisi ekonomi rumah tangganya juga di bawah pas-pasan.


Sudah delapan bulan belakangan ini Mukidi pisah ranjang dengan Karin. Penyebabnya adalah Karin tak mau melayani Mukidi karena kecewa soal kondisi ekonominya seret.


Lantaran tak kuat kesepian, Mukidi mencoba 'jajan' di luar. Dia memesan seorang pekerja seks komersial melalui jasa calo pada Ramadan lalu.


Singkat kata, Mukidi dijanjikan bakal bertemu PSK pesanannya di sebuah hotel di Surabaya. Pada hari H, Mukidi pun bergegas ke hotel yang telah disepakati si muncikari.


Namun, betapa kagetnya Mukidi ketika sampai di kamar hotel. Sebab, PSK yang dijanjikan sang muncikari tak lain adalah Karin yang notabene istri sendiri.


Sontak Mukidi bingung sekaligus malu. Hatinya berkecamuk, apalagi sudah terlanjur mengeluarkan uang untuk booking PSK.


"Kadung aku bayar Rp 750 ewu sisan (terlanjur saya bayar Rp 750 ribu, red)," ujarnya saat ditemui di kantor pengacara dekat Pengadilan Agama (PA) Kelas IA Surabaya pertengahan pekan lalu.


Tentu saja uang yang dibayarkan Mukidi mubazir. Bukan hanya batal berindehoi, Mukidi bahkan terlibat pertengkaran dengan PSK -eh Karin maksudnya- di dalam kamar hotel.


Mukidi tak menyangka istrinya rela menjual diri demi uang. Adapun Karin juga tak habis pikir lantasan suaminya ternyata gemar main PSK.


Dari saling memergoki itulah akhirnya Mukidi dan Karin cekcok di dalam kamar hotel hingga memantik perhatian.


Petugas hotel pun turun tangan untuk melerai cekcok itu.


"Rame. Isin yo isin tapi wes ra peduli maneh aku (Ramai. Malu ya malu, tetapi saya sudah tak peduli lagi, red)," ujar Mukidi.


Menurut Mukidi, dirinya sempat menginterogasi Karin. Namun, Karin mengaku baru sekali menjual diri dengan alasan terpaksa karena sedang butuh uang untuk berlebaran.


Setelah kejadian itu, perselisihan antara Karin dan Mukidi menjadi-jadi. Karin akhirnya pulang ke rumah keluarganya di Nganjuk. Selain itu, Karin juga memaksa Mukidi mengurus proses perceraian.


Hanya saja, Mukidi mengaku ingin mempertahankan rumah tangganya karena dia juga meyakini Karin masih mencintainya.

"Asline sik pengen bareng-bareng. Lha lek areke mulih nak wong tuwo aku iso opo maneh? (Aslinya masih ingin bersama-sama. Kalau dia pulang ke orang tua terus saya bisa apa lagi?, red)," kata Mukidi dengan nada memelas.**.