Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah merancang kurikulum baru untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum tersebut akan dibuat lebih sederhana, namun sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).(1/7/2020).
 
"Kita sedang merancang kurikulum SMK yang baru, yakni lebih simpel danmatch karena disusun bersama industri. Kurikulum ini mencakup pemenuhan kompetensihard skilldansoft skill secara seimbang," tutur Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbud, Wikan Sakarinto dalam Webinar Peluncuran ProgramUp-skillingdanRe-skillingGuru Kejuruan SMK dan Bantuan Pemerintah Bidang Kemitraan dan Penyelarasan dengan DUDI, Selasa, 30 Juni 2020.
 
Untuk itulah,Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Mitras DUDI) Kemendikbud meluncurkan programUp skillingdanRe-skillingGuru Kejuruan SMK di Industri. Wikan mengatakan, program tersebutsangat strategis untuk mendukung pernikahan massal yang tahun ini digaungkan Direktorat Pendidikan Vokasi.



Peningkatan kualitas pendidikan vokasi tidak akan terwujud tanpa adanya keselarasan atau lebih dikenal dengan istilah link and match dengan kebutuhan DUDI.Dalam hal ini,Direktorat Mitras DUDI Kemendikbud akan menjadi 'mak comblang' yang akan menikahkan pendidikan vokasi dengan DUDI.
 
"Pernikahan Massal" ini dilakukan baik di tingkat SMK, Perguruan Tinggi Vokasi (PTV), maupun lembaga kursus dan pelatihan guna menghasilkan SDM vokasi yang unggul," sebut Wikan.
 
Tahun ini, Kemendikbud membuka kesempatan bagi 2.160 guru untuk mengikuti program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK. Wikan mengungkapkan, dengan perkembangan teknologi di industri yang cepat, SMK harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dengan industri.
 
Salah satunya, dilakukan melalui skema pembelajaran project by learning atau bring industry to school."Meski pembelajaran SMK tetap 60 persen mengedepankan praktik, tetapi seluruh mata pelajaran baik praktik maupun teori dikontekstualisasi dengan kondisi riil di industri," tegas Wikan.
 
Guru SMK tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, motivator, dan coach yang dapat mengubah nobody menjadi seorang superstar. "Mampu membangkitkan anak menjadi kompeten setelah lulus SMK, baik secara prestasi, leadershipability, dan kemampuan komunikasi," imbuh Mantan Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
 
Pelaksanaan program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK sendiri didasarkan pada pemetaan empat bidang Cluster Center of Excellence (CoE) SMK. Meliputi bidang manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care service.
 
Pemilihan CoE tersebut telah mempertimbangkan tren perkembangan industri dan kapasitas penyerapan tenaga kerja. Secara total, terdapat 21 kompetensi keahlian di SMK yang masuk dalam kriteria program ini.
 
Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK akan dilakukan secara online learning dan blended learining sesuai dengan kompetensi dan keterampilan kejuruan yang akan dicapai guru. Pelatihan selama 2-4 bulan ini terbuka bagi guru SMK yang memiliki usia di bawah 50 tahun dan memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).
 
Sementara untuk informasi lebih lengkap mengenai persyaratan dapat diakses melalui laman www.vokasi.kemdikbud.go.id.