Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Dengan demikian sistem imun seseoranag sangat berperan penting, Sistem imun (immune system) atau sistem kekebalan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen lainnya yang bersifat antigenik dan imunogenik.

Mahasiswa UBP

Mengkonsumsi Vitamin C 60mg/hari dianggap mampu untuk mencegah terjadinya defisiensi, Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan.

Kata Kunci : Corona Virus, Sistem Imun, Vitamin C

Coronaviruses (CoV) are part of a family of viruses that cause diseases ranging from flu to more severe diseases such as Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Thus the immune system is the ability of the body to fight infection, eliminating the work of toxins and other virulent factors that are antigenic and immunogenic. Consuming Vitamin C 60mg/day is considered capable to prevent deficiency, Vitamin C is one of the nutrients that acts as an antioxidant and effectively overcomes free radicals that can damage cells or tissues.

Mahasiswa UBP

Keywords : Corona Virus, Immune System, Vitamin C.

Dunia saat ini tengah waspada dengan penyebaran sebuah virus yang dikenal dengan virus corona. Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal dengan COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (World Health Organization, 2019).

Mahasiswa UBP

Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinkan virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia, tetapi data filogenetik memungkinkan COVID-19 juga merupakan zoonosis. Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar manusia (human to human), yaitu diprediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan dalam droplet. Hal ini sesuai dengan kejadian penularan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19, disertai bukti lain penularan di luar Cina dari seorang yang datang dari Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan diiringi penemuan hasil positif pada orang yang ditemui dalam kantor. Pada laporan kasus ini bahkandikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum mengalami gejala (asimtomatik) atau masih dalam masa inkubasi. Laporan lain mendukung penularan antar manusia adalah laporan 9 kasus penularan langsung antar manusia di luar Cina dari kasus index ke orang kontak erat yang tidak memiliki riwayat perjalanan manapun.

Mahasiswa UBP

Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis tersebut mendapatkan hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di sekitarnya, tetapi kemungkinan penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasien ke orang sekitar lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat lebih besar. (Respirologi Indonesia, 2020).

Sistem imun (immune system) atau sistem kekebalan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen lainnya yang bersifat antigenik dan imunogenik. Antigen sendiri adalah suatu bahan atau senyawa yang dapat merangsang pembentukan antibodi. Berbicara daya tahan tubuh, kita sering mendengar imunogen yaitu senyawa yang dapat merangsang pembentukan kekebalan/imunitas, dan imunogenik adalah sifat senyawa yang dapat merangsang pembentukan antibodi spesifik yang bersifat protektif dan peningkatan kekebalan seluler. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuan untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga patogen, termasuk virus dapat tumbuh dan berkembang dalam tubuh. Sedangkan reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun.
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit (mikronutrien). Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, vitamin berperan penting dalam fungsi – fungsi tubuh seperti pertumbuhan, pertahanan tubuh dan metabolisme. Ada beberapa jenis vitamin diantaranya vitamin B dan C yang larut dalam air dan vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Setiap satu vitamin memiliki beberapa fungsi dalam tubuh. vitamin larut air adalah komponen sistem enzim yang banyak terlibat dalam membantu metabolisme energi (Halimah, dkk., 2014).

Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan. Vitamin C mempunyai peran penting terhadap tubuh manusia, dimana apabila tubuh manusia kekurangan vitamin C maka akan timbul gejala penyakit ini seperti sariawan, nyeri otot, berat badan berkurang, lesu, dan sebagianya. Didalam tubuh vitamin C menjalankan fungsinya seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolisme kolesterol, menjadi asam empedu, dan berperan penting dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C juga termasuk antioksidan dalam tubuh. Pada dasarnya vitamin C didalam tubuh mampu berfungsi melindungi beberapa sel/ molekul dalam tubuh seperti, protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat selain itu vitamin C dapat menjaga kehamilan, mencegah dari diabetes (Helmi, 2007).

Peran vitamin C di dalam sistem imun terkait erat dengan peran vitamin C sebagai antioksidan. Oleh karena vitamin C mudah mendonorkan elektronnya ke radikal bebas maka sel-sel termasuk sel imun terlindung dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.

Vitamin C meningkatkan fungsi imun dengan menstimulasi produksi interferon (protein yang melindungi sel dari serangan virus). Interferon adalah salah satu sitokin yang dihasilkan karena adanya komunikasi sel yang baik dan untuk menjaga komunikasi tersebut tetap baik maka diperlukan sel imun yang sehat dengan membran sel yang utuh.

Vitamin C juga mempunyai peran dalam sintesa kolagen untuk menjaga kesehatan kulit. Kulit adalah salah satu jaringan tubuh yang berperan di dalam imunitas non spesifik. Kulit yang utuh dan sehat dapat menjaga masuknya unsur patogen ke dalam tubuh. Kulit merupakan barier pertama yang menjaga masuknya benda asing sehingga mencegah terjadinya infeksi.

Vitamin C merupakan zat gizi mikro yang berperan penting bagi manusia. Antioksidan kuat ini penting untuk produksi kolagen dan karnitin yang berkontribusi terhadap peningkatan dan pertahanan kekebalan tubuh. Bahkan vitamin C juga berperan sebagai agen antimikroba yang dapat melawan berbagai mikroorganisme penyebab infeksi. Vitamin C dipercaya mampu mencegah dan mengobati infeksi pernapasan dengan meningkatkan berbagai fungsi sel kekebalan tubuh. Penelitian pun menunjukkan bahwa pemberian vitamin C pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan akut dapat mengembalikan kadar vitamin C plasmanya menjadi normal, sehingga dapat memperbaiki keparahan gejala infeksi tersebut. Kebutuhan harian akan vitamin C bergantung pada usia dan jenis kelamin orang yang mengonsumsinya terutama ibu hamil membutuhkan 80 mg (kurang dari 18 tahun) dan 85 mg (lebih dari 18 tahun). (Agustina, 2015).

Menurut Jacob (2005) Secara biokimia vitamin C mempunyai berbagai peran yaitu: memperkaya reduktan biologi sebagai suatu kofaktor penting untuk reaksi-reaksi reduksi logam seperti besi dan tembaga, sebagai suatu antioksidan protektif, kofaktor reduktif untuk hydroksilasi selama pembentukan kolagen, berperan dalam fungsi sistem oksigenasi, biosintesis karnitin, dan meningkatkan penyerapan serta metabolisme zat besi. Salah satu manfaat mengkonsumsi vitamin C adalah dapat memberikan efek terbaik untuk menurunkan prevalensi anemia baik pada anak maupun orang dewasa. Hasil penelitian oleh Saidin & Sukati (1997) membuktikan bahwa pemberian vitamin C dapat meningkatkan kadar hemoglobin yang tertinggi. Vitamin C juga berperan untuk pembentukan kolagen yang sangat bermanfaat untuk penyembuhan luka.

Ketersediaan vitamin C yang cukup dalam darah dapat mendorong kerja selenium dalam menghambat sel kanker, terutama kanker paruparu, prostat, payudara, usus besar, empedu, dan otak (Winarno, 1984).

Penggunaan Vitamin C
Seperti yang kita ketahui bersama, vitamin C dapat dijumpai pada beberapa buah-buahan maupun suplemen. Adapaun asupan minimum untuk orang Indonesia berdasarkan kriteria WHO untuk orang dewasa adalah 60 mg/hari. Dosis tersebut dianggap cukup untuk mencegah terjadinya defisiensi. Dosis yang lebih tinggi (200 mg/hari) dianggap lebih valid dalam memenuhi kebutuhan dalam keadaan yang lebih komplek, yang dalam hal ini dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, status fisiologis (kehamilan, menyusui), dan faktor lingkungan seperti merokok, alkohol dan polusi (Hornig dkk. 1992).

Kebutuhan harian vitamin C biasa dikenal dengan RDA (Recommended dietary allowance) vitamin C ialah 60 mg atau setara dengan sebuah jeruk. Cadangan sebesar 1500 mg merupakan jumlah maksimum yang dapat dimetabolisir di jaringan tubuh. Dengan jumlah tersebut diperkirakan turn over vitamin C adalah 60 mg/hari. Kebutuhan vitamin C dapat meningkat 300%-500% pada penyakit infeksi, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan dan laktasi maupun sebagai antioksidan (David, 2014).
Bahkan menurut (Yoni, 2000) Manfaat dosis besar (>1 g/hari) tidak didukung data yang objektif, serta dapat menyebabkan efek samping berupa diare, hemolisis akut, krisis sickle cell dan terbentuknya batu ginjal. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air, vitamin yang paling labil karena mudah rusak oleh panas dan udara (Sulistyoningsih, 2011:38). Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena kerja logam, terutama Tembaga dan besi,dan juga oleh kerja enzim. Enzim yang mengandung tembaga atau besidalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat (deMan, 1997:411).

Daftar Pustaka

Creshna., Dkk. 2014. Analisis Vitamin C Pada Buah Pepaya, Sirsak, Srikaya dan Langsat Yang Tumbuh Di Kabupaten Donggala. J. Akad. Kim. 3(3): 58-65, August 2014 ISSN 2302-6030

D. Kartika Indaswari., R. Bambang Wirjatmadi. 2017. Hubungan Kecukupan Vitamin C Dan Zat Besi Dengan Kebugaran Jasmani Atlet Pencak Ipsi Lamongan. Surabaya. Media Gizi Indonesia.

Handayani, D., dkk, 2019. Penyakit Virus Corona 2019. Jakarta. Jurnal Respirologi Indonesia

Hidayah, Seventina Nurul., dkk, 2020. Peningkatan Imunitas dengan Konsumsi Vitamin C dan Gizi Seimbang BAgi Ibu Hamil Untuk Cegah Corona Di Kota Tegal. Kediri. Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 4 (1), 2020, 170-174

Hornig D. Strolz F. (1992). Recommended Dietary Allowance: Support from Recent
Research. J-Nutr.Sci-Vitaminol-Tokyo. Spec No:173-6.

Maajid, Dkk. 2018. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C Buah Apel (Malus sylvestris Mill.).

Mona, N., 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jakarta. Jurnal Sosial Humaniora Terapan.

Pakaya, David.,2014. Peranan Vitamin C Pada Kulit.

Rosmaniar, L., 2018. Penentuan Kadar Vitamin C Beberapa Jenis Cabai (Capsicum Sp.) Dengan Spektrofotometri Uv-Vis. Cikarang. Jurnal Kimia Riset.

Ruslie. Habriel Riska, 2012, Peranan Vitamin sebagai Nutrisi pada Bayi Prematur.

Siswanto, Dkk. 2014. Peran Beberapa Zat Gizi Mikro Dalam Sistem Imunitas. Gizi Indon 2013, 36(1):57-64

Syukriani, Y.F., Herman, H., 2000. Efek Pemberian Vitamin C Berbagai Dosis Pada Profil Kadar Methemoglobin Polisi Yang Bertugas Di Area Lampu Lalu Lintas. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

Karya Tulis : Dinda Gusti Mahdalena; Dinda Nur'ayuni Wahyudi; Amalia Tasa Awanis; FM17C

Kelompok Kerja Mahasiswa UBP Karawang , Fakultas Farmasi.