Beberapa warga Indonesia mengikuti langkah tegas masyarakat dunia dalam memboikot produk-produk Prancis. Hal ini dalam rangka menanggapi pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang dianggap menghina agama Islam.

Foto Ilustrasi

Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Olivier Chambard, pun ikut buka suara menanggapi aksi boikot ini. Ia menegaskan bahwa boikot tidak hanya akan berdampak bagi Prancis tetapi juga Indonesia. Bahkan dampaknya bisa buruk dan berjangka panjang karena terkait investasi.

"Boikot bisa merugikan ekonomi Prancis tentu saja," kata Olivier di Jakarta Pusat, Senin (9/11). "Tetapi boikot juga merugikan Indonesia."

Yang pertama adalah soal lapangan pekerjaan. Sebab perusahaan Prancis di Indonesia membuka setidaknya hingga 50 ribu lapangan pekerjaan untuk masyarakat, dan aksi boikot produk jelas memengaruhi kestabilan perusahaan tersebut.

"Ada banyak orang Indonesia yang terdampak dengan aksi boikot ini," ungkap Olivier, dilansir dari Detik News, Sabtu (14/11). Selain itu, boikot produk Prancis juga bisa berdampak buruk terhadap citra Indonesia di mata para investor dunia.

"Salah satu tugas saya adalah mengajak perusahaan Prancis berinvestasi di negara ini," tutur Olivier. "(Untuk) berinvestasi jangka panjang."

Saat ini, jelas Olivier, ada lebih dari 200 perusahaan Prancis di Indonesia, yang terbagi dalam banyak ukuran serta skala. Namun semua perusahaan ini tetap aktif berkonsultasi dengan perusahaan induknya di Prancis, termasuk terkait adanya boikot produk.

Aksi boikot, terutama yang memaksa pemilik toko menarik produk dari rak, tentu menjadi sorotan perusahaan induk di Prancis. Dan tentu saja hal ini bisa membawa dampak tertentu bagi kelangsungan perusahaan itu di Indonesia.

"Ada 200 perusahaan Prancis, dengan ukuran yang berbeda. Jika Anda bicara Danone, itu adalah perusahaan besar di Prancis, di dunia dengan 30 pabrik di Indonesia," kata Olivier.

"Tentu saja mereka (perusahaan) bertanya kepada saya, menanyakan apa yang bisa dilakukan. Mereka menginformasikan ke Paris," pungkas Olivier.***