"Pertamina seakan sudah tak mau membayar kompensasi untuk warga terdampak tumpahan minyak di Utara Karawang, malah seolah hendak mengadu dombakan antara rakyat dan Pemerintah daerah. Janji terus janji ditebar kenyataan tak terealisasikan, bagaikan karet gelang yang kena minyak tanah. Untuk itu, atas nama warga yang terdampak kepada pihak Pertamina untuk lebih mengutamakan kemanusian dengan membayarkan dulu kompensasi , dibandingkan selalu memperbaiki data-data yang bisa diselesaikan secara menyusul". Demikan dikatakan Mubarak, salah satu aktivis lingkungan di Kabupaten Karawang.

Kalau mau membayar maka bayarlah, jangan tiru gaya Tarsok seperti orang ditagih kreditan harian saja.Memangnya nelayan Karawang mau tertimpa musibah tumpahan minyak Pertamina. Bisakah pihak Pertamina merasakan apa derita dan teralami oleh warga pesisir pantai setelah terdampak tumpahan minyak  pertamina.Masa sih perut lapar hanya diladeni Tarsok dan warga terdampak dimintai data terus serta datany yang dipersoalkan juga dikatakan kurang lengkap, "Ucap  Mubarak Mahasiswa UPB Karawang.
Wisnu Perwakilan Pimpinan Pertamina di Karawang

Eleganlah sebagai perusahaan BUMN dalam bekerja juga wajib proporsional ,jangan pula sebaliknya amatiran dan malah "ngeleg " warga terdampak tumpahan, sesal Mubarak.

Silakan tulis segede-gedenya agar terbaca bos-bos Pertamina di Jakarta dan pakai huruf kapital, " Rakyat Karawang ga kenyang dikasih janji manis padahal molor melulu ", Pinta Mubarak.

Kemudian tegasnya, silakan janji lagi untuk membayar kompenasi ke warga terdampak tapi kami akan selalu hadir dan teriak menyuarakan Hanura (hati nurani rakya,red).

Silakan molor lagi dan buat janji terus serta terus janjikan oleh pihak Pertamina. Tapi mohon diingat saja oleh pihak Pertamina karena kami tak akan tinggal diam atas peristiwa tersebut,tambahnya.

Insya Allah bareng warga terdampak tumpahan minyak di Karawang Utara, bilamana molor diulang lagi di bulan Maret maka menjadi wajib kami untuk menduduki kantor pusat pertamina di Jakarta. Kenapa demikian,ungkapnya lagi, karena rakyat sudah bosan disuguhi janji tak pasti dan selalu molor.

Kemudian Mubarak sebutkan, adanya pergantian pucuk pimpinan Pertamina untuk di Karawang dari tangan Ifki kepada Wisnu sepertinya tak berbuah manis untuk warga terdampak karena fakta lapangan tidak ada perubahan yang siginfikan.

Ia pun mencontohkan, pergantian pimpinan Pertamina untuk di Karawang tidak menghasilkan percepatan pembayaran kompensasi kepada warga terdampak tumpahan minyak.

Mubarak juga turut sesalkan, hadirnya pimpinan baru seakan membawa kasus baru yaitu munculnya tumpahan minyak di tepian Utara Karawang.

Peristiwa tumpahan minyak yang baru,sambungnya,untuk siapa yang bertanggung jawab dan asalnya dari mana, sampai hari ini belum ada kepastian dan katanya tumpahan itu masih di uji laboratorium dulu,Ungkap Mubarak pula.

Apakah Pertamina akan terus bersikap Tarsok untuk kompensasi?, Mubarak melanjutkan omonganya." Sekali lagi Tarsok (Maret boong lagi,red) , Mangga saja tapi tunggu bila rakyat sudah marah bukan tidak mungkin aksi demo akan terarah ke kantor pusat Pertamina di Jakarta. Karena adanya perwakilan Pertamina di Karawang, kami anggap ga ngaruh alias tak ada kejelasan kapan kompenasasi bakal dibayarkan",Tandasnya.

Perlu diketahui,sambung Mubarak, kami sudah bosan bertanya ke dinas terkait di Kabupaten Karawang untuk kapan akan dibayar kompenasi kepada warga.Karena jawabannya selalu menoton dan semua berpulang kepada pihak Pertamina yang memiliki hak dan kewajiban.

" Saya rasa cukup sederhana dalam penuntasan kompenasi, Pertamina mau bersikap propesiaonal atau gaya oplosan, hendak gaya elegan atau ngeleg warga terdampak terus. Hanya itu pilihan bagi Pertamina pada saat sekarang,"Pungkas Mubarak Mahasiswa Fakultas Hukum UBP Karawang.

Kabar ini diturunkan belum ada keterangan dari pihak Pertamina kepada awak media untuk waktu pasti pembayaran kompensasi untuk warga terdampak.***yd