Di saat rame-rame urusan perizinan kerumunan dan perekonomian, seni budaya yang biasa "manjak" setiap kali ada hajatan warga, nasibnya terancam bangkrut. Pasalnya, selama masa pandemi Covid-19, sejumlah group odong-odong hingga organ tunggal dan tarlingan, tidak pernah manjak selama 15 bulan terakhir karena larangan Gugus Tugas soal kerumuman. Soal ancaman penyebaran Covid-19, masih sabar di maklumi, namun urusan perut, para seniman bahkan harus banting setir ke usaha lainnya sejenak untuk mencukupi ekonomi keluarga. 
Kades Bayurlor Kecamatan Cilamaya Kulon, H Yadi mengatakan, rame soal orsel beroperasi hingga kontroversi perizinan, dirinya malah mengingat pada group seni yang ada di desa. Sebab, perekonomian mereka, terganggu akibat dampak Covid-19 yang membuat mereka nganggur manggung selama lebih dari 15 bulan terakhir. Beberapa group seni yang tersohor di desanya antara lain Organ Tarling Teti Elektoon, Organ Novi Nada, Odong-odong Novi Nada hingga Odong-odong Hariri Putera terpaksa membatalkan sejumlah jadwal dan libur manjak karena adanya larangan berkerumun. "Saya justru kasihan ke group seni yang biasa manjak di hajatan, selama ini mereka mengandalkan penghasilan dari jasa hiburan, eh selama 15 bulan ini ya nganggur, " Ungkapnya.

Biasanya, sambung Yadi, mereka mendapatkan penghasilan minimal Rp50-100 ribuan persatukali manjak, sementara selama belasan bulan ini mereka terhenti akibat pandemi. "Ini harus jadi pemikiran semua pihak karena  pandemi ini bukan sebentar sudah hampir 2 tahunan, " Katanya. (Rd)