Jawa Barat (Jabar) merupakan provinsi yang saat ini banyak dilirik oleh para investor. Hal ini wajar mengingat sumber daya alam yang ada di Jabar begitu potensial ditambah lagi pembangunan di Jabar yang begitu pesat. Maka, jadilah Jabar sebagai primadona bagi para Investor, serta wilayahnya pun cukup menjanjikan bagi yang ingin menanamkan modalnya.


Jika melihat data, Jabar berhasil menyumbang 196 persen dari total investasi yang masuk ke Indonesia. selama triwulan 2021. Data terbaru (BKPM RI) menunjukkan arus investasi ke Jawa Barat masih menduduki peringkat pertama baik untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). (Detiknews.com 27/04/21)

Banyak yang beranggapan capaian ini adalah sebuah prestasi yang patut di banggakan. Namun benarkah demikian? Mengingat yang berinvestasi adalah mereka para pengusaha kapitalis, yang di dukung oleh dominasi sistem kapitalis pula. Sebenarnya kita patut khawatir, karena seperti yang kita ketahui bahwa sistem kapitalis adalah sistem yang memberikan kebebasan kepada para kapitalis untuk meraup keuntungan dari eksploitasi sumber daya alam wilayah yang menjadi tempat mereka berinvestasi. Fakta selama ini menunjukkan bahwa investasi menjadi pembuka jalan bagi pihak swasta dan asing menggondol sumber daya alam di negeri tercinta ini.

Disisi lain, Investasi yang dilakukan para pemilik modal yang diberikan kepada Jabar tidak lepas pula dari arus liberalisasi dalam segala bidang yang semakin masif. Dampak buruk dari itu ditenggarai akan menggerus keyakinan umat karena nantinya umat akan menaruh kepercayaan kepada sistem kapitalis. Padahal, secara keyakinan tentulah bertentangan. Karena sistem ini lahir dari ide dan pemikiran manusia yang lemah. Sehingga melahirkan aturan yang lemah pula. Terbukti, iming-iming kemajuan ekonomi hanya dirasakan oleh para kapitalis saja bukan solusi bagi rakyat luas.

Manusia punya keterbatasan dalam menyelesaikan segala perkara untuk itulah Islam mengajarkan bahwa yang patut untuk membuat aturan bagi manusia adalah hak Sang Khalik semata. Pun demikian dalam masalah ekonomi. Ketika aturan ekenomi dikembalikan kepada syariat Islam, percayalah keberkahan akan dirasakan oleh semua penduduk bumi.

"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (TQS. Al-A’raf: 96).

Lantas bagaimana sistem Islam dalam memperbaiki ekonomi akibat dampak dari wabah atau musibah?
Islam adalah agama yang sempurna aturannya tidak hanya prihal ibadah semata namun mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk dalam hal ekonomi. Dalam ekonomi Islam yang memberikan batasan-batasan. Diantaranya prihal pemasukan kas negara, kas negara diperoleh dari berbagai pos-pos diantaranya dari sumber daya alam yang kepemilikannya milik umum itu artinya manfaat dari pengelolaan atau hasil dari SDA dirasakan oleh seluruh rakyat baik muslim maupun nonmuslim.

Dari SDA tersebut yang dikelola langsung oleh negara bisa digunakan untuk memperbaiki ekonomi negara yang kolaps. Begitu juga dengan Jawa Barat tanpa tergantung kepada para investor karena Jabar memiliki SDA yang melimpah yang bisa dikelola untuk memperbaiki ekonominya sehingga bisa pulih dari wabah.

Jika menggunakan aturan sesuai syariat Islam wilayah yang menerapkannya akan mampu berdiri menjadi wilayah yang kuat dan berdaulat.

Karena Islam telah terbukti dalam tinta sejarah selama 13 abad lamanya mampu menyelesaikan segala problem termasuk dalam prihal memperbaiki ekonomi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Dengan demikian perbaikan ekonomi akan cepat pulih sekalipun dalam kondisi wabah tanpa bergantung kepada para Investor. Untuk itulah harapan besar bagi kita semua seandainya di negeri inipun dapat menerapkan Islam secara Kaffah sebagaimana para pendahulu kata serta para salafusholih yang dengan ketaatannya kepada Sang Khalik secara total dapat menghantarkan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya.

Wallahualam.

Oleh: Yuyun Suminah
(Member Komunitas menulis Revowriter Karawang)