Pandemi COVID-19 berdampak signifikan tidak hanya pada sektor sosial dan ekonomi, tetapi juga pendidikan. Ada lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia yang terpaksa menutup sekolah tatap muka dan melakukan pembelajaran secara daring.(28/8/2021).

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Sartono, mengatakan setidaknya 68 juta siswa pendidikan dasar dan pendidikan tinggi terdampak pandemi COVID-19.

“Mereka terpaksa harus melaksanakan pembelajaran secara daring. Jadi make sense kalau disurvei kemudian tuntutan yang dibutuhkan anak-anak itu adalah bantuan pulsa,” kata Agus.

Agus mengutarakan dari 260 juta satuan pendidikan di seluruh Indonesia, masih ada 46 ribu satuan pendidikan baik sekolah maupun madrasah yang tidak memiliki akses listrik dan internet.

Bahkan, yang sudah memiliki akses listrik dan internet belum tentu memiliki gawai ataupun daya beli pulsa. Agus pun mengakui persoalan tersebut sangatlah kompleks, terlebih belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi COVID-19 akan berakhir.

Oleh karena itu, menurut Agus, tidak ada pilihan selain mempercepat konektivitas atau akses internet di seluruh satuan pendidikan. Ia juga mengatakan jika tidak dalam keadaan pandemi 2021, maka anggaran pendidikan bisa menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi.

“Solusi yang diharapkan bisa menyelamatkan saat ini adalah melalui kegiatan vaksin guru dan dosen. Dengan itu, kegiatan pembelajaran tatap muka dapat berangsur-angsur kembali,” kata Agus.(rls/red)