Meskipun realokasi dan refocusing anggaran terjadi di segala lini pemerintahan, untuk mendorong penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi nasional, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan hal itu tidak berdampak pada program prioritas kementerian.

Refocusing APBN Kemendikbudristek berdampak pada pengurangan honor, anggaran rapat, perjalanan dinas, serta sasaran kegiatan; tapi refocusing tidak berdampak pada prioritas utama Kemendikbudristek, yakni pembiayaan pendidikan yang sangat diperlukan di masa pandemi,” kata Nadiem.

Dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Senin (23/8) Mendikbudristek juga menyampaikan, contoh-contoh program yang tidak terdampak refocusing anggaran. Misalnya, Program Indonesia Pintar (PIP) tetap diberikan kepada 17,9 juta siswa dengan anggaran Rp9,6 triliun; Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah untuk 1,1 juta mahasiswa dengan anggaran Rp9,4 triliun.

Selanjutnya, Beasiswa Afirmasi Pendidikan (ADik) untuk 7.382 mahasiswa dengan anggaran Rp139 miliar juga tidak terdampak. Beasiswa ADik merupakan beasiswa yang diberikan Kemendikbudristek untuk siswa asal Papua dan Papua Barat, daerah Khusus atau terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T), dan siswa anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI); selain itu aneka tunjangan untuk 364.573 guru dengan anggaran Rp7,3 triliun juga diperjuangkan Kemendikbudristek untuk tidak terdampak refocusing anggaran.

Hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang disampaikan dalam pidato Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2022 pada Senin (16/7), “Pemerintah tetap berkomitmen untuk memperkuat investasi di bidang pendidikan, antara lain mendukung perluasan program beasiswa”.

Karenanya, Mendikbudristek menggarisbawahi prioritas Kemendikbudristek, yakni untuk mengedepankan pembiayaan pendidikan yang paling diperlukan peserta didik, pendidik, dan orangtua di masa pandemi, sehingga beberapa program menjadi terdampak refocusing anggaran.

“Tentu ada kesedihan di pihak kami bahwa ada beberapa program yang dihadirkan dengan semangat gotong royong yang terdampak refocusing, Kemendikbudristek telah memperjuangkan anggarannya semaksimal mungkin dan akan terus mengakselerasi program-program tersebut,” tekan Nadiem.

Beberapa contoh program yang terdampak refocusing adalah Program Organisasi Penggerak sasarannya tetap pada 20.438 orang, tapi anggaran turun dari Rp320,4 miliar ke Rp209,4 miliar; Program Guru Penggerak sasarannya turun dari 36.769 ke 29.269 orang, dengan anggaran turun dari Rp689,68M ke Rp551,85 miliar; pendampingan guru Sekolah Penggerak sasarannya turun dari 61.000 ke 23.145 orang, dengan anggaran turun dari Rp389,3 miliar ke Rp247,7 miliar; satuan pendidikan aman bencana sasarannya turun dari 1.530 Lembaga ke 1.290 lembaga, dengan anggaran turun dari Rp152,1 miliar ke Rp115,9 miliar; serta target desa pemajuan kebudayaan berkurang dari 359 desa ke 270 desa, dengan anggaran yang berkurang dari Rp36,9 miliar ke Rp27 miliar.

Lebih lanjut Mendikbudristek menjelaskan bahwa refocusing anggaran di Kemendikbudristek telah melalui empat tahapan yang berdasarkan surat Menteri Keuangan. Pada tahap pertama, ada penyesuaian anggaran untuk bantuan kuota data internet sebesar Rp2,52 triliun yang dibiayai secara berbagi biaya Kemendikbudristek sebesar Rp500M dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN) Rp2,02 triliun; tahap kedua, sebesar Rp271,58 miliar; tahap ketiga sebesar Rp2,157 triliun; dan tahap keempat sebesar Rp1,181 triliun.(ts)