Stok kebutuhan pokok, mendapat perhatian khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) di acara peresmian pembukaan Rakornas Pengendalian Inflasi tahun 2021 di Istana Negara, Rabu (25/8/2021). Kepada Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN), baik itu pusat maupun daerah, Presiden meminta agar mereka terus menjaga ketersediaan stok dan stabilitas harga barang, khususnya barang kebutuhan pokok masyarakat. Sebab, stabilitas harga bahan pangan sangat penting bagi masyarakat di tengah kondisi daya beli yang menurun saat ini. “Jaga terus ketersediaan stok dan stabilitas harga barang-barang, utamanya barang kebutuhan pokok,” kata Jokowi.

Jika ada hambatan di lapangan, baik dalam proses produksi maupun distribusi barang, Presiden minta  agar segera diselesaikan. Tiap kota harus cek lihat lapangan bagaimana apakah ada kendala produksi apakah ada kendala distribusi.

Prediksi Stok 

Harapan Presiden, mendapat respon positif. Dalam catatan Kementerian Pertanian (Kementan), ketersediaan 12 bahan pokok selama PPKM, lebih dari cukup.

Merujuk hasil pengecekan rutin tiap pekan di 34 provinsi setiap pekan, diprediksi mengalami surplus hingga September 2021."(Bahan pokok) semua nilainya surplus, tapi kami juga ingin meyakinkan bahwa surplus untuk 12 kebutuhan bahan pokok di tengah pandemi ini terdistribusi merata atau tidak di setiap provinsi," jelas  Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Kementan Andriko Noto Susanto, dalam Diskusi Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Masa PPKM, Rabu (18/8/2021).

Beras, misalnya, Kementan memprediksi surplus mencapai 11,07 juta ton pada September 2021 mendatang. Perhitungan ini didasarkan dari perkiraan ketersediaan beras sebanyak 33,28 juta ton, sedangkan kebutuhan lebih sedikit 22,21 juta ton.

Ketersediaan beras itu berasal dari produksi dalam negeri yang diperkirakan mencapai 25,89 juta ton dan carry over stok akhir 2020 lau yakni 7,38 juta ton. Pasokan dalam negeri akan dipenuhi dari panen yang diperkirakan terjadi pada Agustus ini.

Dengan kata lain, kalau setiap bulan perlu 2,5 juta, ini cukup untuk 3 bulan atau satu periode masa tanam padi. Jadi dalam situasi seperti ini kami bisa asumsikan kondisi kita sangat aman untuk beras.

Bahan pokok lainnya, juga diprediksi surplus pada September 2021 mendatang. Meliputi, jagung diperkirakan surplus sebanyak 2,3 juta ton. Angka ini berasal dari perkiraan ketersediaan sebanyak 15,19 juta ton, sedangkan kebutuhan konsumsi jagung 12,89 juta ton.

Sementara itu, ketersediaan kedelai diprediksi mencapai 2,69 juta ton. Angka ini diperoleh dari stok akhir 2020 yakni 413,11 ribu ton, ditambah dengan perkiraan produksi dalam negeri 86,85 ribu ton.

Selain itu, pemerintah telah merealisasikan impor kedelai sebanyak 1,51 juta ton, sedangkan sisa kuota impornya mencapai 684,19 ribu ton. Pemerintah memperkirakan kebutuhan konsumsi kedelai sebanyak 2,355 juta ton. Dengan perhitungan itu, maka kedelai diprediksi surplus sebanyak 342,98 ribu ton,

Surplus stok juga terjadi untuk bawang merah yang diprediksi 106,51 ribu ton, bawang putih 56,37 ribu ton, cabai besar 167,24 ribu ton, dan cabai rawit 241,43 ribu ton. Selanjutnya, daging sapi/kerbau diprediksi surplus 124,43 ribu ton, daging ayam ras 319,70 ribu ton, telur ayam ras 82,83 ribu ton, gula pasir 1,3 juta ton, dan minyak goreng 591,19 ton.

Setelah stok didata aman, kata kunci berikutnya adalah masalah distribusi. Di situ, Pemerintah punya peran, agar tidak terjadi hambatan distribusi pangan antar wilayah antar pulau. (*gd)