Mencegah perkawinan anak usia dini dinilai dapat mengurangi kasus stunting di Indonesia. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mencegah perkawinan anak.

"Koordinasi terus dilakukan, yang penting saat ini adalah mendorong pemerintah daerah juga turut menerbitkan perda (peraturan daerah) mencegah perkawinan anak," ujar Deputi Perlindungan Anak KPPPA, Nahar saat dihubungi, Minggu, 19 September 2021.

Menurut dia, aktivasi lembaga konseling pra nikah juga perlu diperkuat. Hal ini untuk mencegah ketidaksiapan anak usia dini menikah.

Dalam rapat koordinasi KPPPA dan BKKBN, Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengatakan pengasuhan anak yang baik juga merupakan kunci utama untuk mencegah stunting. "Praktik pengasuhan yang baik memiliki efektivitas tinggi atau peranan yang penting dalam mencapai perkembangan tumbuh kembang anak yang optimal," ujar Bintang.

KPPPA berkontribusi terkait kegiatan pelaksanaaan konvergensi dalam perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan jenis, cakupan, dan kualitas intervensi gizi di pusat dan daerah, dengan keluaran berupa 100 persen kabupaten atau kota mendapatkan fasilitasi sebagai daerah ramah perempuan dan layak anak dalam percepatan penurunan stunting.

Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengungkapkan BKKBN akan menajamkan intervensi dari hulu dengan prioritas mencegah lahirnya anak stunting.

"Kita sudah sepakat bahwa faktor sensitif menjadi bagian perhatian yang penting, namun demikian kami juga berharap betul faktor spesifik yang merupakan proses dari mulai sebelum nikah, mau hamil, setelah hamil, setelah melahirkan harus dikawal bersama-sama. Oleh karenanya, keluarga-keluarga yang punya potensi melahirkan anak stunting, semua harus diketahui oleh kepala desa, PKK, dan bidan yang ada ditempat itu harus tahu," ujar Hasto.

Hasto menjelaskan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) harus benar-benar diperhatikan dan harapannya bayi masuk usia dua tahun bebas dari stunting. Sehingga prospek untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang unggul lebih besar. (Medcom)